Lucas menahan nafas ketika melihat tubuh Athanasia ditempeli oleh kotoran tak kasat mata. Penyihir menara itu menyentil dahi Athanasia, berdalih supaya gadis itu tidak hanya mematung seperti orang bodoh. Padahal diam-diam, dia tengah membersihkan Athanasia dari kotoran yang sama seperti dulu.
Tapi Lucas tidak bisa menahan rasa kesalnya ketika dia menyadari kalau kotoran itu sama persis dengan kotoran yang dulu suka menempeli Athanasia. Ditariknya pergelangan tangan Athanasia dengan kasar untuk menjauhi tempat itu.
"Lucas, kamu kenapa, sih!?"
Lucas hanya diam, tidak ingin menjawab pertanyaan Athanasia. Kalau dia menjawab, Athanasia pun tak akan mengerti. Lagipula pasti suara Lucas akan terdengar ketus saking kesalnya. Padahal ini bukan salah tuan putrinya. Makanya, Lucas hanya diam.
Lucas tahu kalau Athanasia memberontak, berusaha melepaskankan diri dari cengkraman tangan Lucas. Tapi itu sia-sia karena tenaga Lucas lebih besar daripadanya.
"Kita mau kemana, sih?"
"Kelas, lah! Kamu bodoh atau gimana, sih? Sudah waktunya masuk!"
Tuh, kan. Ketika menjawab, Lucas jadi tidak sengaja bernada ketus, seperti memarahi Athanasia. Padahal Lucas tidak bermaksud.
Namun, sepertinya ucapan itu berhasil membungkam Athanasia. Gadis itu tidak melawan maupun memberontak dan mengikuti langkah Lucas yang begitu lebar dan cepat. Athanasia juga tidak protes dan hanya berusaha menyamakan langkahnya meski rautnya tampak kesal.
Lucas sedikit merasa bersalah pada tuan putrinya. Tapi mau bagaimana lagi? Lucas sangat tidak suka ketika Athanasia bertemu dengan orang-orang itu. Apalagi sampai tertawa dan tersenyum pada chimera, seakan mereka sudah begitu akrab tanpa sepengetahuan Lucas.
Lucas sudah membenci chimera sejak lama. Karena chimera yang sok manis itu benar-benar bermuka dua sejak Athanasia masih menjadi seorang tuan putri. Andaikan chimera tidak terlibat dalam kejadian waktu itu, mungkin Lucas tidak akan sebenci ini.
Tapi sayang, Lucas sudah tidak peduli. Karena kebenciannya telah mendarah daging pada diri Lucas.
Chimera brengs*k! Berani-beraninya menyentuh Athanasia ...!
Lucas mengumpat dan mengutuk dalam hati, berpikir kalau cecunguk sialan itu pasti akan membawa bencana bagi tuan putrinya.
Karena nyatanya, sihir hitam itu masih bisa Lucas rasakan dengan jelas.
.
.
.Jam pelajaran akhirnya dimulai. Seharusnya Athanasia senang karena setidaknya sudah memiliki dua teman yang telah ia kenal. Tapi kalau temannya ini Lucas, Athanasia bingung harus senang atau tidak.
Athanasia melirik sebal. Lihatlah penyihir yang tadi menariknya dari ujung koridor hingga ke dalam kelas. Sekarang lelaki itu tengah duduk di sebelahnya dan mencoret-coret sesuatu di buku catatan. Dengan ekspresinya yang menunjukkan tampang tak berdosa, Lucas sesekali menguap di tengah pelajaran.
Astaga! Kenapa juga dia jadi sebangku sama Lucas?!
Sebelumnya, Athanasia tidak akan mengira kalau Lucas akan ikut masuk ke dalam kelas karena Lucas bilang kalau dia kerja di sini. Tapi setelah menyadari kalau Lucas berseragam sama sepertinya, tak mungkin kalau dia bekerja di sini, kan? Tiba-tiba saja penyihir itu sudah masuk duluan ke dalam kelas dan menyuruh Athanasia duduk di sebelahnya.
Sialnya lagi, bangku yang masih kosong hanya di sebelah Lucas. Mau tidak mau, Athanasia akhirnya duduk di sebelah Lucas dengan berat hati.
Athanasia jadi menyesal karena telah mengobrol lama dengan Ijekiel. Andaikan saat itu Athanasia langsung menyerahkan buku dan tidak terpancing, pasti Athanasia tidak akan sebangku dengan Lucas sekarang.
![](https://img.wattpad.com/cover/227190344-288-k791920.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
REINCERNATION [Who Made Me A Princess Fanfic] [✔️]
RomanceApa kalian percaya akan adanya kehidupan kembali? Demi menyelamatkan tuan putri dari putaran reinkernasi, Lucas rela menyelami ruang dan waktu, bahkan mengorbankan sihirnya hanya untuk menemukan gadis itu di abad ke-22. Kegagalan di masa silam tela...