[Reminder : Italic -> kejadian di dalam kepala (entah mimpi/ingatan)]
.
Athanasia menatap hadiah pemberian Lucas yang tergeletak di atas mejanya. Kado itu telah terbuka dan di dalamnya terdapat suatu gelang biru yang amat cantik. Tidak hanya itu. Lucas juga memberikan sebuah jepit rambut dan note book yang memiliki warna senada dengan gelang itu.
"Kayaknya kepala dia habis terbentur, deh. Apa ini sogokan, ya?" gumam Athanasia seraya mencoba gelang dan jepit rambut itu. "Uhh, bagus, sih ..."
Tapi yang Athanasia bingung, kenapa semuanya warna biru? Padahal kan banyak warna yang bisa dipilih. Apa yang membuatnya memilih warna biru? Athanasia tidak paham.
"Nona, kalau dikasih macem-macem sama temen yang baru dikenal, tetap waspada ya."
Suara Felix menggema di telinganya, kembali membuat Athanasia berpikir untuk tetap mengambilnya atau mengembalikannya.
Tapi Lucas kan bukan termasuk 'teman yang baru dikenal'. Lelaki itu hanya sebatas penyihir yang enggak sengaja ketemu karena kejedot bola.
Bahkan, dia pun masih ragu untuk menyebut Lucas sebagai teman. Lagipula memangnya Lucas menganggapnya teman?
"Tapi kalo itu Tuan Lucas, ambil saja. Soalnya saya percaya kalau dia enggak akan berbuat yang aneh-aneh pada Nona."
Suara Felix lagi-lagi menggema di benaknya, yang justru membuat kedua alis Athanasia tertaut tidak suka. Tidak akan berbuat aneh-aneh gimana? Andaikan Felix berada di sini, pasti gadis itu sudah mengadu tentang atraksi berbahaya yang Lucas lakukan di balkon kamarnya.
Tapi di sisi lain, ucapan Felix ada benarnya. Meski malam ini adalah pertemuan pertama kalinya sejak gadis itu sekarat dulu, entah mengapa ada suatu sisi dalam diri Athanasia yang merasa bisa mempercayai pada lelaki itu.
"Kenapa ... aku merasa ada suatu perasaan yang aneh dalam diriku, ya?" gumamnya pelan sambil mengeratkan cengkramannya pada dadanya. "Atau ini karena efek aku udah lama enggak berteman, ya ...?"
Athanasia menghela nafas berat. Sepertinya dia perlu mendinginkan kepala ketika merasa kepalanya kembali berdenyut. Gadis itu beranjak menuju balkon, kembali mengingat bagaimana Lucas tiba-tiba muncul dan menghilang begitu saja.
"Seolah kita memang pernah bercanda seperti ini ..."
Kali ini kalimat Lucas yang menggema di benaknya, menyadari kalau ucapan itu memang benar adanya. Aneh memang, tapi Athanasia juga bisa merasakan adanya sesuatu yang familiar ketika tadi Lucas meledek ataupun mempercandainya.
"Tsk, kenapa aku jadi terusik kayak gini, sih?" Athanasia menghela nafas berat dan mengacak-acak rambutnya, sedikit frustasi. "Tapi kalau pun kita memang pernah bertemu sebelumnya ... kapan? Dimana?"
Athanasia menggigit bibir dan menggelengkan kepalanya. Dia menatap langit malam yang bertabur bintang, memikirkan kalimat Lucas yang mungkin bisa menjadi petunjuk atas perasaan sesaat yang muncul di dalam dadanya.
Angin malam yang bertiup semakin kencang membuat tubuhnya menggigil samar. Dia melirik jam dinding yang menempel di atas pintu kamar. Ternyata sudah hampir jam sepuluh, Athanasia harus bergegas masuk ke dalam dan beristirahat.
"Eh?" Athanasia tak sengaja melirik balkon sebelah yang tiba-tiba menyalakan lampu. Terlebih ketika adanya bayangan dari gorden kamar itu. "Astaga!"
Buru-buru Athanasia segera masuk dan menutup pintu balkonnya. Tak lupa dia menarik gorden, menutupnya rapat-rapat kamarnya dari dunia luar. Athanasia jelas ingat kalau kamar sebelahnya adalah kamar laki-laki.
KAMU SEDANG MEMBACA
REINCERNATION [Who Made Me A Princess Fanfic] [✔️]
RomansaApa kalian percaya akan adanya kehidupan kembali? Demi menyelamatkan tuan putri dari putaran reinkernasi, Lucas rela menyelami ruang dan waktu, bahkan mengorbankan sihirnya hanya untuk menemukan gadis itu di abad ke-22. Kegagalan di masa silam tela...