25. Desakkan

1K 125 27
                                    

Bel pulang telah berbunyi satu jam yang lalu. Namun Lucas belum memberitahu Athanasia apapun, termasuk alasan mengapa lelaki itu bisa menjadi salah satu murid baru di sini. Alih-alih menjelaskan, Lucas justru menyuruh Athanasia untuk kembali ke asrama sebelum meninggalkannya (lagi).

Alhasil, Athanasia pulang ke asrama sendirian. Ia menolak tawaran beberapa fans Lucas yang mengajaknya untuk pulang bareng. Masa bodoh kalau dikatakan sombong, Athanasia malas berteman dengan orang yang ada maunya. Apalagi kalau mereka mengorek-ngorek info Lucas lagi.  

Sangat menyebalkan. 

Mungkin kalau suasana hatinya bagus, Athanasia bisa meladeni pertanyaan konyol mereka. Tapi sekarang, Athanasia tengah dongkol karena dari tadi Lucas selalu bertindak seenaknya, membuatnya berpikir yang tidak-tidak terhadap penyihir menara itu. 

Yah, lagipula bagaimana bisa Athanasia paham kalau Lucas tidak menjelaskan apa-apa? Dia kan bukan cenayang. 

Athanasia memijit-mijit keningnya yang agak pening, tidak habis pikir kalau hari pertama sekolahnya akan menguras emosi. Padahalkan dia datang ke asrama ini ingin belajar dengan tenang, bukan justru diganggu dan main rahasia-rahasiaan seperti ini! 

Terlalu terlarut dalam pikirannya sendiri, tanpa sadar Athanasia telah sampai di depan pintu kamarnya. Ia mengedarkan pandangan, sedikit heran mengapa koridor itu masih saja sepi. Dari celah ventilasi pun, Athanasia dapat melihat beberapa ruang kamar yang masih gelap. Tampaknya orang-orang yang tinggal di sekitarnya memang belum balik. 

Yah, tapi itu bukan masalah. 

Athanasia pun merogoh saku, mengambil id card untuk membuka pintu kamarnya. Setelah berhasil terbuka, Athanasia segera masuk dan menutup pintu kembali. Ia melempar tasnya ke sembarang arah dan merebahkan diri di atas kasur. 

"Hari yang melelahkan ...." gumam Athanasia pelan. 

Athanasia menatap langit-langit kamar, membayangkan apa saja yang telah terjadi hari ini. Baru saja rebahan, tapi rasa kantuk langsung menyerangnya dalam beberapa detik. Sepertinya tubuhnya memang benar-benar lelah. 

"Lima menit aja deh ...." gumam Athanasia sebelum memejamkan mata. 

.
.
.

Di saat yang bersamaan, Lucas menghela nafas lega ketika ia berhasil menemukan salah satu sihir proteksi yang dipasang di gedung sekolahnya. Letaknya pun tidak benar-benar berada di dalam gedung, melainkan di tempat pembuangan sampah yang berada tepat di belakang gedung. Tanda itu pun tertutupi oleh tanaman liar yang begitu lebat. 

Lucas dapat melihat mana sihir itu dengan jelas dari ukiran lambang sihir yang ditinggalkan. Ternyata sihir proteksi itu memang sengaja diaktifkan oleh seseorang dan masih sangat baru. Mungkin sekitar dua atau tiga pekan yang lalu. 

Tapi tetap saja Lucas tidak bisa melacak siapa penyihir yang telah membuat sihir ini. Entah apa tujuan orang itu sebenarnya, setidaknya sihir proteksi ini bukan berasal dari sihir hitam maupun kutukan. 

Jadi, Lucas tidak akan menaruh curiga lebih dalam. Justru ia jadi sedikit lega kalau ada penyihir yang memang tidak memiliki niat jahat sehingga ia bisa bertanya-tanya lebih dalam mengenai perkembangan sihir di dimensi ini.

Siapa tahu saja ada suatu cara yang tidak ia ketahui untuk menyelamatkan tuan putrinya.

"Hei-hei, kamu tahu katanya asrama kita angker loh!"

"Masa sih? Enggak ah!"

"Serius. Aku melihatnya sendiri."

REINCERNATION [Who Made Me A Princess Fanfic] [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang