"Hah? Sihir penghalang ...?"
Kedua iris Lucas melebar taktala menyadari keanehan dari ruang kelasnya. Sebuah sihir penghalang masih menyelimuti sekitar ruang kelasnya. Pantas saja ruang kelas, bahkan balkon di depannya pun masih sangat sepi. Padahal koridor sudah mulai ramai. Hanya kelasnya saja yang tak terlihat satu murid pun.
Seolah mencegah mereka untuk tidak masuk ke dalam kelas.
Firasat Lucas seketika menjadi sangat buruk. Pasalnya, ia sangat yakin kalau Athanasia telah berangkat tadi pagi.
Jangan bilang ...?
"ATHANASIA!?"
Lucas mendobrak pintu kelasnya dengan raut horror. Sihir penghalang itu pecah, bersamaan dengan terbukanya pintu kelas itu. Baru menginjakkan kaki di dalam kelas, langkahnya langsung tertahan ketika menyadari apa yang tengah terjadi.
Tepat di depannya, Athanasia tergeletak tak sadarkan diri dengan bercak kemerahan yang mengotori seragam atasannya. Remahan kue kering berserakan di sekelilingnya. Sontak, Lucas langsung menghampiri gadis itu dan memeluknya.
"ATHANASIA! ATHANASIA!"
Lucas menepuk dan menggoyangkan tubuh Athanasia dengan panik. Wajah tuan putrinya sangat pucat. Gejolak mana dalam tubuhnya pun sangat tidak stabil. Seolah telah ada suatu pemicu yang membuat mana kehidupan Athanasia kembali berantakan.
Rahang Lucas mengeras. Kedua iris rubynya bergerak penuh amarah, mengamati sekitar Athanasia dengan cepat. Remahan kue kering yang bercecer di sekitar tubuh Athanasia pun menarik perhatiannya. Begitupun dengan sekotak kue yang tergeletak di dekatnya. Terdapat jejak sihir hitam dari makanan tersebut.
"SIAL!"
Lucas menggeram penuh amarah. Dihancurkannya kue itu dalam sekali hempasan tangan. Kemudian ia langsung menggendong tuan putrinya dan berdiri. Tanpa berpikir panjang, Lucas segera membawa Athanasia dan berteleportasi ke kamar gadis itu.
"Brengsek ... akan kubunuh kalian," gumam Lucas dengan penuh kekesalan. Ia meletakkan Athanasia di ranjang kasur dan kembali mengamati pola mana sihir gadis itu. "Sial ... gejolak mana kehidupannya lebih parah dari sebelumnya."
Lucas mengarahkan telunjuknya, mengirimkan suatu sihir penyembuhan ke dalam tubuh gadis itu. Berkas sinar biru menyelimuti tubuh gadis itu. Athnasia mengerang perlahan, namun sama sekali tak menunjukkan perkembangan yang signifikan.
Lucas kembali menggeram dan meningkatkan dosis sihir penyembuhan tingkat atas. Suatu sinar biru kembali menyelimuti tubuh Athanasia. Gadis itu kembali mengerang, terlihat lebih kesakitan dibandingkan sebelumnya. Beberapa saat kemudian, gejolak sihirnya mulai mereda, namun belum cukup untuk menyadarkan gadis itu.
"Ini tidak akan bertahan lama," gumam Lucas pelan. Kakinya mengetuk-ngetuk lantai, sementara otaknya bekerja keras. "Karena dia masih belum mendapat serpihan terakhir, akan sulit untuk bertahan di kondisi kritis kayak gini. Apalagi pola sihir hitam ini ... rasanya lebih gelap dan berbahaya. Apa ini perkembangan dari sihir hitam di dunia ini ya?"
Lucas menggigit ibu jarinya. Berusaha mengontrol pikirannya untuk menyelamatkan Athanasia dan mengesampingkan perasaan amarahnya. Jujur saja, ia sedang menahan diri untuk tidak memikirkan bagaimana caranya ia membunuh pelaku tersebut. Karena bagaimana pun juga, Athanasia adalah prioritas utamanya.
Keselamatan Athanasia lebih penting daripada apapun.
"Kamu tidak bisa sendiri, Lucas. Terkadang kamu akan membutuhkan seseorang untuk menolongmu."
Suara Athanasia kembali terngiang di telinga Lucas. Kalimat yang sering gadis itu ucapkan ketika Lucas tengah merasakan kalau ia tidak butuh siapapun di dunia ini. Lucas memang selalu bekerja sendiri sejak dahulu. Karena baginya, orang lain justru menjadi beban untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
REINCERNATION [Who Made Me A Princess Fanfic] [✔️]
RomansaApa kalian percaya akan adanya kehidupan kembali? Demi menyelamatkan tuan putri dari putaran reinkernasi, Lucas rela menyelami ruang dan waktu, bahkan mengorbankan sihirnya hanya untuk menemukan gadis itu di abad ke-22. Kegagalan di masa silam tela...