18. Undangan dari Akademi Obelianta

1.3K 154 10
                                    

Di bawah sinar mentari yang begitu menyilaukan, burung-burung berkicauan dengan merdu berpadu dengan gemirisik dedaunan rindang yang mengalun menjadi melodi indah di pagi hari.

Di dalam sebuah rumah sederhana, seorang gadis tengah mengamati tubuhnya yang telah mengalami perubahan bentuk di masa pubertasnya.

"Ilia-Ilia, apa aku cantik?"

"Tentu saja, Nona! Nona orang yang paling cantik yang pernah saya temui."

Seharusnya, Athanasia tidak perlu menanyakan hal itu.

Athanasia yang telah tumbuh menjadi seorang gadis remaja kini tengah menatap dirinya di cermin. Umurnya telah menginjak usia lima belas tahun, wajahnya yang semakin cantik, dan surai pirang keemasannya yang semakin panjang.

Tapi sayang, kehidupannya yang monoton membuatnya tak jarang mengeluh dan merenggut pada Lilian. Karena hidup bagai burung dalam sangkar.

"Ah, andaikan tubuhku tidak lemah. Pasti aku tidak akan di sini terus," gerutu Athanasia sambil menghela nafas berat. "Memangnya aku sakit apa, sih? Perasaan jantungku kuat-kuat saja."

"Nona, jangan mengeluh." Lilian tersenyum kecil. "Kan homeschooling-nya sudah selesai sekarang."

"Tapi, Ilia, aku benar-benar bosan homeschooling terus. Masa aku enggak homeschooling cuma pas TK sama paud!?"

"Kan awalnya nona sendiri yang maunya begitu..." ucap Lilian sambil terkekeh pelan.

Masih jelas dalam ingatannya saat Athanasia menggumamkan kalau dia benci sekali dengan teman-teman di TK karena selalu jadi bahan pembullyan.

"Tapi kan itu aku masih sangat kecil ...."

"Terus pas mulai masuk sekolah juga gitu kan, Nona? Nona sampai mogok di kamar karena ga mau masuk sekolah."

"Itu kan..." Athanasia mencoba berkilah, tapi tidak menemukan kalimat yang pas.

Lilian terkekeh pelan. "Tidak apa, Nona. Nikmatin saja."

"Iya, sih. Tapi aku enggak tahu kalau bakal sebosan ini. Tapi kalau keluar pun aku selalu dimusuhin. Tapi aku beneran bosan. Apalagi pergi keluar pun kita juga enggak sering, kan?" gerutu Athanasia lagi.

Sedangkan Lilian hanya menghela nafas panjang mendengar keluhan yang sama tiap harinya. Sebenarnya, meski Athanasia bersekolah di rumah, gadis itu sering diam-diam pergi ke kota dan berbelanja pergi ke mall setidaknya tiga kali dalam seminggu.

Kadang Lilian jadi berpikir tidak ada gunanya untuk membiarkan Athanasia tetap di rumah. Tapi kalau mengingat saran dari penyihir menara itu, nyali Lilian langsung menciut.

Dia tidak berani mengambil resiko lebih hanya untuk kebebasan Athanasia.

"Nona, ingat kan kata dokter? Kalau tahun ini Nona bisa bebas masuk ke akademi mana saja karena adanya peningkatan stamina Nona yang begitu drastis." Lilian menghiburnya sambil menyisir rambut Athanasia dengan sabar.

"Tentu saja aku ingat! Aku bahkan sudah belajar giat agar bisa masuk ke salah satu akademi itu. Pokoknya aku mau bebas~~!" seru Athanasia dengan senang.

Lilian pun mengangguk-angguk senang. Penerimaan siswa baru telah dibuka dan Athanasia telah menjalani beberapa test itu dengan lancar, bahkan beberapa akademi pun telah mengirimkan surat undangan untuk ikut tes tahap selanjutnya.

Tapi Athanasia belum mau ikut mengikuti test tahap selanjutnya di beberapa akademi lain sebelum dia mendapat hasil dari ujian akademi favoritnya.

Athanasia beralih menatap Lilian. "Ilia pasti capek ya mendengar keluhanku."

REINCERNATION [Who Made Me A Princess Fanfic] [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang