45. Serikat Sihir

326 58 1
                                    

Suara langkah kaki terdengar jelas, menggema dalam lorong yang sunyi. Di salah satu sudut, Ijekiel berdiri di depan jendela sembari mengamati siswa-siswi yang tengah berlalu lalang melewati gerbang utama akademi. Sesekali menghela nafas dan menyenderkan bahunya pada bingkai jendela.

"Oh, Ijekiel? Sedang menikmati hari liburmu, hm?"

Ijekiel melirik sekilas kemudian menegakkan tubuhnya yang tengah bersandar ketika menyadari Anastasius yang tengah tersenyum padanya.

"Ada apa?" tanya Ijekiel tanpa basa-basi. "Anda menemui saya pasti ada sesuatu yang mengganjal, bukan?"

"Hm? Sudah tahu rupanya?" sahut Anastasius seraya melipatkan kedua tangannya. Sudut bibirnya terangkat, dengan pandangan mencemooh. "Jadi kamu ya yang membiarkan kepingan sihir itu tercuri?"

"Kepingan sihir?" Ijekiel mengangkat sebelah alisnya. "Ah, maksudmu buku 'lovely princess'?"

"Oh, jadi ternyata memang kamu penyebabnya?"

"Aku tidak ingin mengambil masalah lebih panjang dengan penyihir agung itu. Apa salah jika aku lebih mementingkan nyawa sendiri?" Ijekiel memalingkan wajahnya dan memasang wajah sesantai mungkin. "Lagipula kupikir aku sudah merusaknya. Jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan."

"Hmm, apa kamu yakin, Ijekiel?" tanya Anastasius sembari mendekat, kemudian ikut memperhatikan siswa yang berlalu lalang dari jendela.

"Tentu saja."

"Lalu kenapa aku bisa merasakan suatu perbedaan dari dia?" Intonasi Anastasius mulai merendah, hampir berbisik tepat di sebelah Ijekiel. "Atau ada yang kamu sembunyikan dariku, hm?"

Ijekiel terdiam sejenak sebelum akhirnya menghela nafas panjang dan tersenyum miris. Diliriknya lelaki yang beberapa senti lebih tinggi darinya dengan sedikit tajam.  

"Untuk apa aku menyembunyikan sesuatu pada seseorang yang telah mendaur ulang hidupku sejauh ini? Bukankah seharusnya Anda lebih tahu kenyataannya?" sahut Ijekiel dengan penuh penekanan.

Kini gantian Anatasius yang terdiam sejenak, tampak mengamati Ijekiel yang tengah memalingkan wajahnya.

"Ah. Baiklah, kalau itu jawabanmu. Kuharap kamu tidak mengecewakanku lebih dari ini," sahut Anastasius pada akhirnya. Ia menepuk pundak Ijekiel dan berbisik kembali. "Karena bagaimana pun juga kamu hanya anjing putih-ku, Ijekiel. Ingat posisimu."

Tanpa menunggu balasan Ijekiel, Anastasius pergi meninggalkan Ijekiel yang masih meliriknya tajam. Kemudian lelaki bersurai perak itu menghela nafas panjang dan kembali menatap ke luar jendela.

"Anjing putih, huh? Menjijikkan."

.

.

.

.

Di saat yang bersamaan ...

"Jadi di sini markas kalian?"

"Emm ... kok kayak kurang gitu ya ...."

Lucas dan Athanasia kini telah berdiri di depan sebuah toko yang tampak usang. Toko yang bahkan hampir reyot itu benar-benar membuat keduanya sedikit enggan untuk mengikuti arahan Karina. Bahkan mereka bisa melihat retakan dan debu-debu tebal yang menempel pada kayu bangunan.

Setelah Karina mengajak mereka keluar, siapa sangka kalau mereka bertiga akan sampai di tempat kumuh seperti ini. Bahkan Athanasia sampai ragu kalau bangunan itu berpenghuni.

"Ini markas kami. Memang sengaja di tampilkan seperti ini," jawab Karina tanpa ekspresi. "Kalian baru bisa melihat keajaiban jika masuk ke dalam. Percayalah."

REINCERNATION [Who Made Me A Princess Fanfic] [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang