Lucas menatap bulan purnama yang bersinar di tengah kelamnya malam. Ia memejamkan mata, menikmati semilir angin yang memainkan surai hitamnya. Sepasang kelopak mata itu kembali terbuka ketika bayangan pria bersurai keemasan yang tadi sore menyapa kembali terlintas dalam benaknya.
Lucas dapat mengingat sudut bibir yang sedikit terangkat dengan tatapan tajam itu. Pasti dia sengaja memberi kesan mengancam pada Lucas. Bahkan saat berbalik meninggalkan orang itu pun, Lucas masih bisa merasakan tatapan tajam yang menghujani punggungnya.
Ah, sialan.
Lucas menggigit ibu jarinya kesal, memikirkan segala kemungkinan buruk yang terjadi. Ruang kepala sekolah yang dipenuhi tekanan sihir gelap, potret Claude yang menghilang, dan buku lovely princess yang menjadi kepingan terakhir serpihan sihir Athanasia terperangkap dalam ruangan itu.
Jika dipikir kembali pun, semuanya bisa saja memiliki keterikatan benang merah yang masih begitu samar. Meski terkadang ia bisa merasakan mana sihir yang ditinggalkan penyihir lain, namun Lucas tak bisa memikirkan orang lain, selain dia.
Benar-benar merepotkan. Dari bermilayaran umat manusia di dunia ini, kenapa Lucas harus kembali menghadapi pria menyebalkan itu?
Sejujurnya, Lucas tidak habis pikir apa yang dilakukan orang itu di dunia ini. Dulu, sewaktu Lucas masih di Kerajaan Obelia, ia masih ingat jejak mana yang tertinggal di menara sihir miliknya. Begitu pun jejak mana yang tertinggal dalam tubuh Claude setelah mengalami amnesia.
Tapi ia tidak terlalu menggubrisnya karena lebih berfokus pada bagaimana cara untuk menyembuhkan sang raja. Barulah ketika Lucas tanpa sengaja menemukan orang itu, ia baru menyadari siapa dalang di balik kekacauan ini.
Sialnya, semua berjalan sesuai rencana orang itu. Detik ketika menyadari kebusukannya, Lucas baru sadar kalau ia telah gagal.
Ah, andaikan saja ia tidak telat menyadarinya, pasti ledakan sihir Athanasia bisa dihentikan. Jika saja ia mencari tikus yang telah mengobrak-abrik laboratoriumnya terlebih dulu, pasti mereka tidak akan sampai ke masa ini.
Jika saja ...
Lucas kembali menggigit bibir bawahnya. Tanpa sadar mengepal dan menatap tajam hamparan wilayah Akademi Obelianta.
Tidak, ia tidak boleh kembali terlarut dalam rasa bersalah. Lagipula masa lalu yang telah terjadi pun tak akan bisa ia ubah. Toh, Athanasia juga telah terlahir kembali dan mengingatnya.
Lantas, kenapa ia harus kembali merasa bersalah?
Lucas tersenyum kecut dan membuang nafas berat. Tidak ada gunanya memikirkan penyesalan di masa lalu. Lebih baik memikirkan rencana apa yang harus ia siapkan ketika Athanasia dalam keadaan bahaya.
Lucas harus melindungi tuan putrinya itu bagaimana pun caranya.
Kalau saja masuk ke dalam akademi adalah rencana orang itu, maka Lucas tidak akan kalah. Akan ia hancurkan orang itu, sekalipun ia harus mengotori tangannya dan terlihat mengerikan di depan Athanasia.
"Hahaha, bodoh. Kamu telah salah memilih lawan, pria brengs*k." Lucas tersenyum pahit. Sepasang iris rubynya kembali berkilat tajam. "Jika kekuasaan tidak kunjung membuatmu puas, lantas apa yang sebenarnya kamu inginkan, Anastasius?"
Semilir angin menyambutnya kencang, seolah tidak menyukai ucapannya yang arogan. Lucas berdecih dan mengetuk-ngetuk jarinya tak sabar. Kemudian mengusap surai hitamnya gusar dan bergegas masuk ke dalam kamarnya.
Entah kenapa ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. Seperti sebuah ketakutan dan firasat buruk yang berpadu menyelimuti hatinya. Bayangan kegagalan kembali menyapa benaknya, membuat Lucas kembali kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
REINCERNATION [Who Made Me A Princess Fanfic] [✔️]
RomanceApa kalian percaya akan adanya kehidupan kembali? Demi menyelamatkan tuan putri dari putaran reinkernasi, Lucas rela menyelami ruang dan waktu, bahkan mengorbankan sihirnya hanya untuk menemukan gadis itu di abad ke-22. Kegagalan di masa silam tela...