Athanasia melirik cemas lelaki yang sedari tadi diam di sebelahnya. Sejak jam pertama pelajaran, Lucas tampak memandang kosong papan tulis dengan raut yang berbeda dari biasa. Sesekali ia mencoret di belakang buku dengan tulisan kuno yang tak bisa Athanasia pahami.
Tampaknya adu tatapan tajam dengan Ijekiel benar-benar membuat mood Lucas hancur. Pasalnya, sebelum pergi dari kelasnya, Athanasia sempat mendengar kalau Ijekiel mengucapkan sesuatu yang membuat Lucas tampak marah.
"Aku akan mendapatkannya kali ini. Bahkan penyihir sepertimu pun, aku tidak akan takut, Lucas."
Athanasia menghela nafas panjang sebelum kembali melirik Lucas. Lelaki bermata ruby itu kini mengusap rambutnya gusar, seperti tengah memikirkan sesuatu yang berat.
Ah, kalau dipikir-pikir lagi setiap kali berhubungan dengan Ijekiel, pasti Lucas tampak tidak senang. Bukan di masa ini aja, bahkan di masa lalu pun ekspresinya selalu berubah masam ketika Athanasia membicarakan lelaki itu.
Aneh sekali. Masa sebegini parahnya Lucas tidak suka dengan Ijekiel? Apa dia benar-benar membenci orang itu?
"Ada sesuatu di wajahku?" bisik Lucas seraya membalas lirikan Athanasia yang langsung terperanjat kaget. Melihat gadis itu salah tingkah, seulas senyuman jahil kini terpampang di wajahnya. "Kenapa? Aku ganteng ya?"
"Ewh." Athanasia langsung menatap Lucas dengan jijik kemudian menggeleng-gelengkan kepalannya. "Astaga. Bahkan di saat seperti ini pun kamu masih suka kepedean ya, Lucas."
Lucas menarik sebelah alisnya, tak mengerti. "Di saat seperti ini? Memangnya kamu tahu apa yang sedang kupikirkan?"
"Enggak. Aku enggak tau apa-apa," jawab Athanasia seraya mengendikkan bahunya. Kemudian ia menarik sudut bibirnya, membentuk sebuah seringaian tipis. Terbesit sebuah ide untuk menjahili lelaki di sebelahnya ini. "Justru karena wajahmu yang semakin menakutkan, aku jadi semakin tidak tau apa yang kamu pikirin."
Lucas hanya terdiam dan kembali memangku wajahnya dengan malas. "Itu hanya perasaanmu saja," sahut Lucas dengan nada tak acuh.
"Enggak. Kamu selalu begitu setiap habis bertemu Kiel," bisik Athanasia dengan tenang. Sengaja diselipkannya nama kecil itu untuk memancing Lucas. "Aku jadi khawatir kalau sewaktu-waktu kamu benar-benar mengamuk dengannya. Kiel itu ... kalian ada masalah apa sih?"
Lucas mendengus dan semakin tampak jengkel. "'Kiel?' Bahkan setelah ingatanmu kembali, kamu masih memanggil dengan nama itu?"
Athanasia menahan tawa ketika menyadari Lucas yang meliriknya begitu tajam. Astaga, ternyata penyihir yang katanya nomor satu di dunia ini mudah terprovokasi juga ya. Hanya dengan satu panggilan kecil, kening Lucas semakin mengerut dalam.
Rupanya, penyihir di sebelahnya ini benar-benar tidak suka dengan keberadaan Ijekiel.
"Tuh kan begitu lagi," sahut Athanasia pura-pura lugu. "Kamu benar-benar tidak suka dengan dia sejak dulu. Bahkan sampai detik ini."
"Apanya yang begitu lagi?" tanya Lucas. Dahinya semakin mengernyit dalam. "Jangan semakin membuatku kesal, Tuan Putri."
"Pfft, kamu ini sensi—"
"Yang dibelakang berdua itu ngapain ketawa-tiwi!? Apa yang kalian ketawakan, hah!?"
Seruan dari Mr. Alfred langsung membuat keduanya terbelalak kaget. Puluhan pasang mata pun langsung menyoroti kedua insan yang kini bungkam seribu bahasa. Guru yang terkenal killer dalam pelajaran bahasa inggris itu kini menepuk-nepuk penggaris kayu yang sedari tadi dipegangnya.
"Sekali lagi kalian ketawa di kelas saya tanpa alasan, silahkan kalian keluar dari kelas ini." Suara Mr. Alfred yang terdengar lantang berhasil membuat nyali Athanasia menciut. "Mentang-mentang masuk lewat jalur beasiswa, kamu pikir jadi bisa seenaknya, hah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
REINCERNATION [Who Made Me A Princess Fanfic] [✔️]
RomansaApa kalian percaya akan adanya kehidupan kembali? Demi menyelamatkan tuan putri dari putaran reinkernasi, Lucas rela menyelami ruang dan waktu, bahkan mengorbankan sihirnya hanya untuk menemukan gadis itu di abad ke-22. Kegagalan di masa silam tela...