39. Sihir Hitam

526 66 11
                                    

"Hei, Tuan Putri. Apa kamu ingat kenapa dulu Papamu itu bisa sakit separah itu?" tanya Lucas, membuka percakapan mereka di sela pertemuan malam mereka.

Saat ini mereka tengah berada di dalam kamar Athanasia. Gadis yang sedari tadi mengerjakan tugas sejarahnya itu kini mendongak, menatap balik Lucas yang tengah menatapnya datar. 

"Apa? Kenapa tiba-tiba bertanya hal itu?" tanya Athanasia seraya menarik sebelah alisnya. 

"Jawab saja. Aku hanya ... sedang berpikir sesuatu," ucap Lucas seraya menghela nafas panjang. 

Athanasia terdiam sejenak dan mengetuk-ketuk keningnya dengan pulpen seraya mengingat-ingat kembali masa lalunya. "Hmm, karena ... sihir hitam Zenith?"

"Chimera, hm?" Pandangan Lucas kembali menerawang jauh. Terbayang sosok gadis berambut coklat yang selalu ingin berada di dekat tuan putrinya, lelaki itu mendengkus. "Setelah sekian lama, aku jadi penasaran. Apa memang dia penyebabnya?"

"Hah?" Athanasia menarik sebelah alisnya dan meletakkan pulpennya dengan kasar. "Maksudmu?"

"Iya. Aku hanya ... berpikir bagaimana kalau ternyata ... ada seseorang yang telah mengendalikan situasinya sampai sejauh ini," ucap Lucas pelan. 

"Kamu yang bilang sendiri kalau gadis itu memiliki sihir hitam di dalam tubuhnya, kan?" tanya Athanasia dengan heran. Ia menyilangkan kedua tangannya dan bersandar pada bangku sofa. "Meskipun aku dulu enggak percaya pun ... kamu tetap ngotot kalau dia penyebabnya. Tapi kenapa sekarang kamu jadi berpikir hal lain, Lucas?"

"Entahlah. Kalau kupikir-pikir lagi, sihir hitam yang bersemayam dalam tubuhnya itu ... mencurigakan."

"Mencurigakan?" ulang Athanasia dengan penuh penekanan. Ia memutar kedua bola matanya, terlihat kesal. "Lucas, kita sudah beberapa tahun jauh di depan dan kamu baru bilang itu mencurigakan? Yang benar saja!"

Lucas menarik sebelah alisnya. Sedikit heran kenapa tuan putrinya itu jadi terlihat kesal. Bahkan gadis yang sedari tadi masih bisa diajak ngobrol meski sedang mengerjakan tugas itu pun sekarang justru menggertakkan giginya dan menyilangkan kedua tangannya depan dada.

"Kamu marah?" tanya Lucas dengan gamblang. "Kenapa kamu marah?"

"Siapa yang marah?" Athansia semakin mengerutkan keningnya dalam-dalam.

"Kamu." Lucas menunjuk Athanasia dengan telunjuknya. "Memangnya sedari tadi aku ngomong sama siapa, hah?"

"Aku enggak marah, Lucas."

Kini giliran Lucas yang menatapnya heran. "Atau kamu cemburu?"

"Lucas!" Athanasia hampir saja menimpuk Lucas dengan pulpen jika dia tidak ingat stok pulpennya yang habis. Gadis itu pun menarik nafas panjang. "Aku enggak marah. Aku hanya ... tidak suka menerima kenyataan itu."

"Kenyataan apa?" tanya Lucas tidak paham.

"Kalau dia menyimpan sihir hitam di dalam tubuhnya," jawab Athanasia seraya menggigit bibir bawahnya. "Aku juga tidak suka ... kalau kamu tiba-tiba membicarakannya tanpa alasan."

Lucas sedikit terkejut. Ingatannya kembali pada beberapa masa silam, teringat bagaimana Athanasia begitu syok mendengar kenyataan kalau sihir dalam tubuh Zenith lah yang memicu penyakit Claude dan mengikis jiwa itu.

Lucas juga ingat bagaimana wajah Athanasia ketika membentak Zenith, menyuruhnya pulang tanpa memberi kejelasan apapun, dan meninggalkannya begitu saja. Tuan putrinya itu benar-benar terpukul, bahkan sampai sesegukan menangisi kenyataan yang amat pahit.

Tapi melihat reaksi Athanasia beberapa detik lalu, Lucas jadi penasaran. Apa mungkin Athanasia masih ingat rasanya hingga sampai detik ini?

"Ah, baiklah-baiklah. Yah, sampai sekarang pun sebenarnya kamu masih tidak percaya hal itu kan, Tuan Putri?" ucap Lucas seraya menarik sudut bibirnya dan membetulkan posisi duduknya. "Tapi sebenarnya bukan itu yang kupermasalahkan."

REINCERNATION [Who Made Me A Princess Fanfic] [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang