9. Deja Vu?

1.8K 251 38
                                    

3 tahun kemudian.

Waktu berlalu begitu cepat. Sang bayi mungil beriris permata biru itu akhirnya tumbuh sehat menjadi seorang gadis kecil bersurai pirang yang begitu menggemaskan.

Lihatlah Athanasia sekarang yang tengah memainkan bola emas yang pernah diberikan Felix saat berumur satu tahun. Helaian surai pirangnya tergerai begitu indah dengan iris permata biru yang menjadi ciri khasnya.

"Nona, jangan main keluar-keluar, ya!" seru Lilian ketika melihat Athanasia yang sedang bermain sendirian di pekarangan rumah.

"Iya!"

Athanasia tersenyum dan mengangguk semangat. Dilihatnya Lilian yang tengah berdiri di ujung tangga dengan sebakul cucian. Ketika Athanasia melambaikan tangannya mengisyaratkan kalau dia tidak apa-apa, Lilian segera menaiki anak tangga untuk menyelesaikan pekerjaan rumah tangganya.

Sekarang Athanasia terdiam sejenak sambil menatap bola emas kesayangannya. Saking mengkilapnya bola itu, permukaannya dapat memantulkan wajahnya sekarang, benar-benar mirip cermin cembung.

Nah, sekarang permainan apa yang bisa dilakukan seorang diri?

Athanasia merenggut. Tidak ada Felix di sebelahnya, permainan jadi tidak seru. Dia bahkan tidak bisa bermain bola kaki.

"Nona, kalau ingin main bola kaki tapi enggak ada saya, coba aja tendang ke sesuatu benda yang keras. Terus bayangin deh kalau itu saya."

Entah kenapa suara Felix jadi terngiang-ngiang. Felix selalu menasehatinya seperti itu jika Athanasia kesal ditinggal main sendiri.

Tapi gadis itu juga belum pernah mencobanya. Berarti tidak apa kan jika mencobanya? Athanasia tersenyum.

Dibawanya bola itu ke halaman belakang rumahnya. Athanasia senang karena memiliki halaman belakang yang sangat luas yang dipenuhi pohon dan tanaman hijau milik Lilian. Saking luasnya, kadang Athanasia malah berpikir kalau tempat itu adalah hutan seperti di film yang sering ditontonnya.

"Yosh, kali ini tendangan superku akan meruntuhkan pohon-pohon ini!" seru Athanasia dengan semangat.

Bola emas itu ditaruh sejauh satu meter. Lalu Athanasia mulai berlari dan menargetkan satu pohon jambu besar, membayangkan itu Felix.

"Hiyaaah!"

Athanasia menendangnya kuat-kuat. Bola itu pun melesat dan tepat mengenai pohon tersebut. Tapi dengan anehnya, bola itu terpantul ke arah yang berlawanan dan memantul kembali ke pohon lain.

Dan akhirnya--

BUAGH!

--bola emas itu mendarat dengan bunyi yang cukup begitu keras di kepala seseorang.

"Looohhhh?!" Athanasia panik. "Huwaa! Kenapa saran Felix jadi begini?"

Athanasia segera berlari dengan panik, menghampiri orang itu sekaligus untuk mengambil bola emas berharganya. Kepanikan dan ketakutan bercampur menjadi satu.

Gimana kalau orang itu masuk rumah sakit!? Terus-terus Felix sama Ilia bisa marahi Athy nanti. Aaaa! Gimana ini!? Jeritnya dalam hati.

Athanasia makin panik ketika baru menyadari bahwa dia sudah melukai orang yang tengah tidur siang di bawah paparan sinar matahari. Dengan hanya melihat punggung besar itu, Athanasia mengira kalau dia telah melukai orang dewasa.

Oh, tidak!

"Ma-ma-maaf!! Ka-kakak gapapa?"

"Aaww, itu sakit--eh?"

REINCERNATION [Who Made Me A Princess Fanfic] [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang