[Reminder -> Italic = ingatan/lampau/dalam pikiran]
.
.Gadis kecil itu membuka kedua matanya. Ah, lagi-lagi dia di tempat yang tidak familiar dengan sekitarnya. Setelah hilang kesadaran setelah menerima rasa sakit yang bertubi-tubi atas ribuan potongan kejadian yang menyerang kepalanya, entah kenapa gadis itu masih berada di sekitar sini.
Gadis itu menoleh ke kanan dan kiri. Beberapa pelayan berlalu lalang melewatinya, tapi sama sekali tidak tidak menggubris perhatiannya. Bahkan beberapa kali gadis bersurai pirang keemasan itu melambaikan tangan atau memanggil mereka, tapi tak ada satupun yang menyahut. Parahnya, ada sengaja yang melewati tubuhnya, membuatnya sadar kalau tubuhnya tembus pandang.
Gadis yang memiliki sepasang iris permata biru itu pun pucat seketika. Pandangannya beralih pada kedua telapak tangan mungilnya, menatap dua tangan itu dengan horror.
Apa aku sudah mati!? Apa aku sekarang jadi hantu gentayangan? Kyaa! Tidak mauu! Aku belum jadi Tuan Putri. Aku juga belum bertemu pangeranku!! jeritnya dalam hati.
Gadis kecil itu menghela nafas panjang. Tapi kalaupun dia gentayangan, mengapa malah terbawa ke situasi jaman kuno seperti ini? Lihatlah istana megah yang ditengahnya terdapat air mancur dengan patung emas sebagai hiasan megahnya. Puluhan pelayan dan prajurit yang berlalu lalang, sibuk dengan tugas mereka. Tapi sama sekali tidak terlihat bangsawan yang berkeliaran.
Tempat apa ini sebenarnya? Athanasia sama sekali tidak mengerti. Hingga langkahnya membawanya ke sebuah taman luas yang terletak di belakang istana itu. Dia dapat menangkap sosok wanita cantik yang tengah duduk di atas sebuah ayunan kayu.
Oh, itu kakak peri!
"Diana, kamu berada di sini lagi?"
Sebuah suara baritone membuat gadis itu menoleh, mendapati seorang lelaki bersurai pirang yang berjalan ke arah wanita itu. Ah, dia berjalan ke arah kakak peri.
"Ah, Yang Mulia." Wanita itu tersenyum begitu lembut. Tanpa menoleh, dia hanya menggenggam tangan yang menyentuh bahunya dari belakang itu. "Anda khawatir dengan saya?"
"Pertanyaan bodoh."
Wanita itu terkekeh pelan. Kemudian dia berbalik, menatap lelaki itu dalam-dalam dan membelai pipinya. "Sifat dingin Anda benar-benar membuat saya luluh, Yang Mulia."
"Berisik, Diana. Berapa kali aku harus bilang untuk memanggil namaku ketika kita hanya berdua!?"
"Claude." Wanita yang dipanggil Diana itu kini mengembangkan senyuman sendunya dan menarik Claude dalam sebuah pelukan hangat. "Aku sudah memilih untuk tetap melahirkannya."
"Tsk. Diana--!"
"Aku harap kamu tidak membenciku, maupun anak ini nantinya."
Claude menggeram, menahan rasa pahit yang menggerogoti dadanya. Sedangkan Diana tanpa sadar meneteskan kembali air matanya ketika dia memejamkan mata, merasakan kehangatan di balik sosoknya yang terkenal dingin.
"Aku sudah tahu," ucap Claude dengan getir. "Kamu benar-benar sangat hobi menyiksaku, Diana."
"Aku mencintai kalian." Diana tersenyum lagi, tidak mempermasalahkan sebutan itu. "Aku sangat mencintaimu, Claude."
Claude hanya bisa terdiam mendengarnya dan membalas pelukan hangat itu. "Katakan, bagaimana agar aku bisa membencimu, Diana?"
"Claude ..." wanita itu melepas pelukannya dan kembali membelai wajah yang begitu masam. "Sekalipun aku benar-benar menghilang nanti, kuharap ... kamu ... tidak lagi terikat dari belenggu sihir hitam itu--"
KAMU SEDANG MEMBACA
REINCERNATION [Who Made Me A Princess Fanfic] [✔️]
RomansaApa kalian percaya akan adanya kehidupan kembali? Demi menyelamatkan tuan putri dari putaran reinkernasi, Lucas rela menyelami ruang dan waktu, bahkan mengorbankan sihirnya hanya untuk menemukan gadis itu di abad ke-22. Kegagalan di masa silam tela...