Lucas menghela nafas berat ketika menyusuri lorong gedung sekolah yang begitu luas. Dibandingkan sekolah, Lucas justru merasa kalau sedang berada di tempat rekreasi mewah karena fasilitasnya yang benar-benar wow. Dilihatnya beberapa murid masih saling bercengkrama dan bercanda satu sama lain, sedangkan beberapa lainnya berlalu lalang menikmati waktu istirahat mereka.
Sebenarnya Lucas bisa saja menggunakan sihir untuk melakukan teleportasi dibandingkan berjalan. Tapi karena menyadari kalau ada beberapa suatu hal yang aneh di sini, Lucas memutuskan untuk menyembunyikan hawa keberadaan mananya.
Karena jujur saja, Lucas dapat merasakan sihir proteksi di beberapa titik wilayah akademi. Tapi itu bukan sihir proteksi miliknya dan ia pun tidak tahu penyihir macam apa yang telah memasang sihir proteksi kuat ini.
Hanya ada satu bangunan di wilayah Akademi Obelianta yang tidak dipakai sihir proteksi, yaitu asrama--satu-satunya gedung yang berada di wilayah paling ujung akademi.
Anehnya lagi, meski ada sihir proteksi yang dapat ia rasakan, Lucas tidak bisa merasakan mana khas seorang penyihir. Dia pun tak bisa melacak apapun, berbeda saat dia melacak Athanasia dulu.
Apa karena ini di masa depan ya jadi aliran mana penyihir berubah? Atau karena kemampuan Lucas yang telah menurun sedikit demi sedikit? Lucas kembali menghela nafas lelah.
Ini merepotkan. Wilayah akademi ini begitu luas dan Lucas tidak boleh menggunakan sihirnya sembarangan.
Tanpa sadar, Lucas berjalan tanpa arah. Hingga tahu-tahu dia sudah naik ke lantai empat dan justru mendapati pemandangan yang tak pernah ia duga.
"Ijekiel, anak tadi ... memanggilmu 'Kiel', kan?"
"Iya. Kenapa, Jenette?"
Lucas menghentikan langkahnya ketika mendengar percakapan dua orang yang sedang menikmati pemandangan luar dari balkon gedung. Sungguh Lucas tidak menyangka kalau bisa berpapasan seperti ini. Entah keberuntungan atau bukan, yang jelas Lucas tidak terlalu senang melihat mereka.
Sebenarnya Lucas tidak hobi menguping pembicaraan orang, apalagi kalau itu suara chimera. Tapi berbeda urusannya kalau itu sudah menyangkut Athanasia. Lucas tidak mau kalau mereka merencanakan hal-hal yang buruk di belakangnya.
Oleh karena itu, Lucas pura-pura duduk di salah satu bangku panjang yang tidak jauh dari sana. Kebetulan juga ada beberapa orang yang tengah duduk-duduk, jadi Lucas tidak terlalu khawatir akan ketahuan.
Lagipula mereka tidak mengenal Lucas sekarang, kan?
"Apa ... kalian memang sedekat itu?" suara kini Jenette terdengar sedih. "Maksudku ... kalian baru kenal hari ini, kan?"
"Enggak kok. Ini pertama kalinya setelah terpisah beberapa tahun lamanya," kini suara Ijekiel terdengar santai.
"Kok bisa? Kamu kan enggak pernah keluar rumah selama ini ...."
"Hanya berawal dari pertemuan tak sengaja dua bocah lugu, kok. Tidak lebih," sahut Ijekiel yang kemudian beralih menatap Jenette. "Kenapa memangnya?"
"Bolehkah ... aku memanggilmu seperti itu juga, 'Kiel'?" tanya Jenette dengan takut-takut. "Ah, maksudku ... Ijekiel."
"Apa katamu ...?"
"Tidak boleh, ya ...?"
Hening sesaat. Dari jauh, Lucas dapat merasakan kalau atmosfer percakapannya berubah dan terasa jauh lebih berat. Bahkan ia pun dapat menebak kalau hubungan dua orang itu tidak begitu harmonis.
"Kamu ... sebegitu inginnya? Itu kan hanya nama panggilan." Intonasi Ijiekiel kini berubah, seperti berat hati untuk mengiyakannya.
"Tapi ... panggilan itu spesial kan bagimu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
REINCERNATION [Who Made Me A Princess Fanfic] [✔️]
RomanceApa kalian percaya akan adanya kehidupan kembali? Demi menyelamatkan tuan putri dari putaran reinkernasi, Lucas rela menyelami ruang dan waktu, bahkan mengorbankan sihirnya hanya untuk menemukan gadis itu di abad ke-22. Kegagalan di masa silam tela...