"Festival akademi?" ulang Lucas dengan nada monoton. Diambilnya salah satu brosur dari meja tuan putri, membacanya dengan malas. "Akademi ini mau ngadain festival?"
Athanasia mengangguk-angguk sangat antusias. "Iya! Keliatannya bakal menarik. Ada pesta dansa sama kembang api juga, loh! Kita harus ke sana, Lucas!" sahutnya dengan mata berbinar-binar.
Lucas mengernyitkan dahi, membaca ulang brosur tersebut dari ujung atas sampai ujung bawah. Festival Akademi Obelianta yang diadakan satu tahun sekali dan pada hari itu akan bertepatan dengan fenomena red moon, suatu pertunjukan yang tak biasa terjadi.
Entah kenapa, Lucas sama sekali tidak senang mendengarnya, seperti ada suatu keganjilan pada festival ini yang mengacu pada fenomena alam red moon.
"Seseorang dari masa lalu akan berulah bersama dengan dua pengikut setianya. Berkaitan dengan Raja Obelia terdahulu, bersama-sama mereka akan menemukan sebuah kehancuran baru di dunia ini demi memperebutkan sesuatu yang besar."
Lucas menggigit bibir bawahnya, teringat bagaimana Karina membacakan ramalan kekacauan di serikat sihir tempo lalu. Firasatnya mengatakan ada suatu keterikatan antara ramalan tersebut dengan festival sekolah.
"Jika kita tidak mencegah hal itu terjadi, maka kekacauan akan terjadi pada seluruh Obelianta. Halaman ini menunjukkan akan ada banyak tumbal untuk membangkitkan sesuatu yang besar."
Iya, dia sangat yakin kalau festival akademi itu waktu yang tepat untuk berulah dengan mengorbankan banyak tumbal. Tapi masalahnya, ia sendiri pun tidak bisa menebak apa yang akan mereka lakukan saat malam itu.
Apa yang akan mereka lakukan dengan banyak tumbal? Membunuh mereka? Membanjiri akademi ini dengan kubangan darah? Lucas menggeleng pelan, sepertinya itu sangat-sangat ekstrim dan tidak mungkin dilakukan.
"Lucas? Kenapa tiba-tiba kamu terlihat serius?" Athanasia menyentuh bahu Lucas, menyadarkan lelaki itu dari lamunannya. Rasa antusiasnya menguap begitu saja, bergantikan dengan rasa cemas dan khawatir melihat sang penyihir yang tiba-tiba terlihat kepikiran sesuatu.
Lucas menatap Athanasia sesaat, tetapi sepasang netra rubynya masih menatap kosong, memikirkan berbagai kemungkinan yang bisa terjadi di masa depan.
Demi memperebutkan sesuatu yang besar ... apakah jangan-jangan mana dalam diri Athanasia yang akan diperebutkan?
"LUCAS!" Athanasia menepuk kedua pipi Lucas keras, memaksanya untuk menatapnya dalam-dalam. "Kamu kenapa, sih!? Jangan bikin aku takut begitu!"
"A-aku sedang berpikir, Athanasia. Maaf-maaf," ucap Lucas seraya menyeka surai hitamnya dengan gelisah. "Ah, festival itu ... sudah dari kapan dilaksanakan?"
"Entahlah. Kalau dari yang aku dengar sih ... emm ... udah dari tahun lalu?" ucap Athanasia seraya menyentuh dagu, pose berpikir. Kemudian sepasang manik biru permatanya memincing penyihir menara yang ada di depannya dengan penuh selidik. "Apa yang sedang kamu pikirkan, Lucas?"
Tahun lalu, ya ...? Kata Karina, kepala sekolah yang menghilang tiba-tiba juga itu saat tahun lalu. Ini enggak mungkin kebetulan, kan? pikir Lucas.
"Lucas, kamu mikirin apa, sih!?" seru Athanasia tidak sabar. Ia sampai menarik-narik baju Lucas, bersikap layaknya anak kecil supaya Lucas mau menuruti kemauannya. "Aku juga mau tahu! Jangan merahasiakannya dariku lagi, Lucas!"
"Aku ... memikirkan ramalan," jawab Lucas pada akhirnya. Sebuah senyuman pahit terukir di bibirnya. "Jika perkiraanku benar, sesuatu yang besar akan terjadi di malam festival itu."
Athanasia terdiam, berpikir sebentar. "Ramalan ... maksudmu di Serikat Sihir waktu itu?"
Lucas mengangguk tegas dan menatap Athanasia dalam-dalam. "Iya, entah kenapa aku jadi terpikirkan ramalan itu. Sebenarnya, aku juga bingung harus percaya atau tidak, tapi ...."
KAMU SEDANG MEMBACA
REINCERNATION [Who Made Me A Princess Fanfic] [✔️]
عاطفيةApa kalian percaya akan adanya kehidupan kembali? Demi menyelamatkan tuan putri dari putaran reinkernasi, Lucas rela menyelami ruang dan waktu, bahkan mengorbankan sihirnya hanya untuk menemukan gadis itu di abad ke-22. Kegagalan di masa silam tela...