22. Pertemuan Sesaat

1K 141 35
                                    

Tap! Tap! Tap!

Athanasia melangkahkan kakinya di lorong sekolah yang begitu megah. Layaknya orang ndeso yang baru pertama kali ke kota, Athanasia tak henti-hentinya mengedarkan pandangan, memperhatikan tiap sudut bangunan dengan berbinar-binar. Hanya dengan melewati pintu-pintu kelas, Athanasia dapat menangkap ruang kelas yang begitu luas dan dinginnya AC dari setiap kelas. Tak hanya itu, bangku dan meja yang digunakan juga tampak berbeda pada umumnya. 

Sambil mengamati, dia pun juga menghafal ruangan-ruangan khusus yang berjejer rapi di tiap lantai. Karena gedungnya yang sangat luas, Athanasia berusaha mengingat-ingat semua bagian secara rinci.

Duh, Athanasia enggak mau jadi bocah ilang di sekolahannya sendiri. Maklum, selama ini dia homeschooling dan tidak pernah menginjakkan kaki ke sekolah manapun. Jadi semuanya tampak sangat baru di matanya. 

BRUK!

Keasyikan berpikir, Athanasia jadi tak sengaja menabrak seseorang yang tengah membawa begitu banyak buku. Alhasil, semua buku yang dipegang lelaki itu jatuh berantakan. 

"Ahh, maaf!" pekik Athanasia yang langsung berjongkok untuk mengambilnya. Dalam hati, Athanasia merutuki kecorobohannya karena tidak melihat jalan. 

"Gapapa, kok," lelaki itu ikut berjongkok dan ikut membereskan buku-bukunya. 

Setelah semua terambil dan Athanasia hendak menyerahkannya, tangannya terhenti bergerak ketika menyadari siapa orang di depannya ini. Helaian rambut perak dan sepasang iris coklat keemasan, wajahnya pun begitu familiar dan rasanya dia pernah bertemu meski hanya sekali. 

"Ah, Athanasia. Kita bertemu lagi," lelaki itu tersenyum begitu lembut dan manis. 

"Kamu kenal aku?" tanya Athanasia sambil menautkan alis.

Lelaki itu mengangguk. "Tentu. Bagaimana mungkin aku melupakan gadis manis yang tersesat di keramaian pasar?"

Athanasia termenung sejenak sambil mengingat-ingat dimana mereka pernah bertemu sebelumnya. Tersesat? Pasar? Kapan dia pernah tersesat di pasar? Kedua alis Athanasia tertaut bingung.

"Wah, aku jadi sakit hati kalau kamu melupakanku," sahutnya. 

Athanasia langsung kikuk dan canggung. Dilihatnya lelaki itu yang masih tak melepas senyumannya. Katanya sakit hati, kok masih bisa tersenyum? Apa itu hanya sindiran? Athanasia heran.

"Emm ... Maaf, aku benar-benar lupa. Hehehe ...." ucap Athanasia cengengesan. Dia menggaruk pipinya yang tidak gatal dan merutuki diri dalam hati, merasa bodoh karena first impressionnya jadi buruk. 

"Benar-benar ...." lelaki itu menggeleng kemudian menghela nafas. "Yah tidak apa. Bagaimana kalau kita berkenalan lagi?"

"Tentu." Athanasia mengangguk cepat. 

"Kalau begitu, aku akan memperkenalkan diri lagi," lelaki itu mengulurkan tangannya yang bebas, mengajak Athanasia untuk berjabat tangan. "Namaku Ijekiel Alpheos. Salam kenal, Athanasia."

"Ijekiel ... Tunggu, sepertinya aku pernah mendengar namamu," gumam Athanasia. 

Memorinya pun beralih ke umur lima tahun, dimana dia pernah bertemu seorang anak kecil saat tersesat di pasar. Dia memperhatikan wajah lelaki itu dengan lamat-lamat. Athanasia tersentak ketika mengingat sang empunya nama.

"Ah! Kamu ... Kiel!?" tanya Athanasia.

"Yap. Tidak disangka ya kita bisa ketemu di sini," Ijekiel melepas jabat tangan itu. Sorot matanya berubah menjadi sendu. 

Tanpa sadar gadis itu menutup bibir, tak mengira kalau bocah yang pernah ia temui sewaktu berumur lima tahun telah menjadi lelaki remaja berparas tampan. Surai peraknya masih sama, sepasang iris coklat keemasannya pun masih menatapnya teduh seperti waktu itu. Pantas saja Athanasia merasa familiar.

REINCERNATION [Who Made Me A Princess Fanfic] [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang