48. Back Hug

429 62 4
                                    

Lucas tersenyum puas pada lingkaran sihir di depannya. Setelah sejam mengamati sihir pelindung sekolah, akhirnya ia bisa menemukan celah untuk menghancurkannya. Lucas baru menyadari kalau lingkaran sihir ini bukan pelindung yang sebenarnya, melainkan mantra kegelapan yang sudah tertanam.

Cukup aneh, rasanya seperti ada bibit yang ditanamkan sejak dahulu. Tapi siapa yang menanamnya? Untuk apa juga susah-susah menanamnya di akademi seperti ini?

Lucas menghela napas panjang, memilih untuk tidak mencari tahu lebih dalam. Sungguh, ia malas memperumit masalah. Teka-teki sekolah ini semakin terus bermunculan, seolah memang ada suatu rahasia besar yang sedang disembunyikan, termasuk rahasia keberadaan Papa Athanasia.

Dan sejujurnya, Lucas benci itu semua.

Setelah tadi siang Tuan Putrinya menceritakan apa yang dikatakan Ijekiel, Lucas menjadi bertanya-tanya dalam hati kenapa semua yang terjadi memiliki kaitan erat dengan masa lalu mereka. Kenyataan kalau Anastasius berada di dimensi ini pun tidak menutup kemungkinan kalau masih ada rencana jahat yang membahayakan Athanasia.

Sungguh, Lucas membenci kecamuk dalam benaknya.

Jika memang seperti itu, rasanya kematian Athanasia dulu menjadi sia-sia. Untuk apa Athanasia menggunakan sihir terlarang jika pada akhirnya Claude tetap tak selamat di sini? Untuk apa ia susah-susah menyelamatkan Athanasia jika pada akhirnya ending semua ini akan sama?

Dan jika Athanasia masih mau mengorbankan nyawanya dengan suka cita, itu artinya perjuangan Lucas semua sia-sia. Putaran reinkernasi akan kembali terjadi dan semakin pelik, hingga pada akhirnya tak ada kematian yang sebenarnya bagi Athanasia.

Itu sama sekali bukan hal normal. Buruknya lagi, efek dari sihir Athanasia bisa semakin berbahaya. Karena pada dasarnya, emosi dan ingatannya masih terhubung dan suatu saat Lucas yakin kalau itu semua bisa menghancurkan dirinya sendiri.

Sungguh, Lucas sangat benci pikirannya sendiri.

"Haah. Baiklah, saatnya pergi," gumam Lucas, sebelum mengarahkan telunjuknya pada sihir pelindung di depannya. Sebuah lingkaran sihir keunguan terbentuk di pelindung itu, seolah merayap dan mengikat mantra kegelapan itu.

Lucas menyeringai tipis. Ia tidak akan melenyapkannya langsung, melainkan menghancurkannya secara perlahan. Sama seperti orang yang telah menanam bibit mantra kegelapan, Lucas juga menanam bibit sihir penghancurnya.

Dan jika saat itu tiba, Lucas yakin kalau ia akan menjadi buronan satu sekolah.

***

Lucas termenung ketika melihat Athanasia yang tengah tertidur di meja belajar. Wajah sang tuan putri tampak lelah dengan posisi tidur yang sama sekali tidak terlihat yang nyaman. Di tangannya, terdapat sebuah bingkai foto dan sepucuk surat. Itu dari Felix dan Lilian.

Tanpa sadar, Lucas tersenyum tipis dan membelai surai pirang keemasan sang putri. Ia sama sekali tidak berniat untuk membacanya. Hanya melihat sekilas pun, Lucas sudah tahu isi surat itu.

Kerinduan dan kasih sayang. Sesuatu yang Athanasia dapatkan di dimensi ini, meski mereka bukan orang tua kandungnya.

Ah, seharusnya Athanasia bisa hidup lebih tenang di era ini. Seharusnya, setelah pecahan mana Athanasia berhasil terkumpul semua, Lucas tidak perlu mengkhawatirkan putaran reinkernasi itu. Dan seharusnya, Athanasia bisa hidup normal tanpa adanya pengaruh sihir lagi.

Tapi, nyatanya, semua diluar perkiraan Lucas. Lagi dan lagi, ada saja masalah yang melibatkan tuan putrinya. Lama-lama Lucas jadi muak.

"Dari sekian miliaran orang yang silih berganti hidup di muka bumi ini, kenapa kamu yang harus mengalami semuanya, sih?" ucap Lucas, setengah berbisik. Tangannya tak berhenti membelai Athanasia, membuat gadis itu mengernyit dalam tidurnya.

REINCERNATION [Who Made Me A Princess Fanfic] [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang