46. Hidden Secret

367 57 12
                                    

"Apa yang sebenarnya kalian inginkan, hah!?"

Atmosfir di ruangan itu seketika menjadi berat. Sorot mata Lucas yang menusuk itu silih berganti menatap kedua orang yang ada di hadapannya. Sementara Athanasia masih menatap figura di depannya dengan tak percaya.

"Sang Raja yang terlahir kembali telah terkurung dalam suatu kegelapan pekat. Bertentangan dengan waktu, pancaran sirnanya akan punah dalam kubangan darah kotor."

"Eh?"

Athanasia mengangkat kepalanya ketika Karina berucap. Lembaran buku yang tiba-tiba bergerak membolak-balikkan halaman dengan sendirinya itu kini menunjukkan suatu halaman gambar akan siluet seseorang yang terjun ke bawah, layaknya tetesan air dalam kubangan berwarna merah. Mahkota yang dikenakannya itu tampak hancur, membentuk serpihan yang ikut jatuh bersamanya. Kemudian di atasnya terdapat bulan purnama merah yang bersinar terang.

"Kira-kira itulah yang diucapkan dari halaman buku ini," ucap Karina dengan datar. "Aku tahu kalau Sang Raja itu adalah orang tuamu, Athanasia. Bagaimana pun juga, kamu adalah seseorang yang terlahir dari masa lampau."

Athanasia terbelalak lebar. Tanpa sadar kedua tangannya membungkam bibirnya. Pandangannya pun kembali jatuh pada halaman ramalan itu. Ia sama sekali tak menyangka. Papanya, katanya? Bagaimana bisa Papa kesayangannya itu terseret dalam situasi ini? Apa itu karena ulahnya di masa lalu? Atau karena ledakan sihir itu?

"Tenanglah," bisik Lucas pelan. Athanasia hanya membalasnya dengan lirikan sambil tersenyum sendu.

Lucas kembali melirik Athanasia. Jujur saja melihat ekspresi Athanasia saat ini benar-benar mengingatkannya pada masa lalu. Masa dimana Athanasia memilih untuk menggunakan sihir berbahaya itu dibandingkan percaya padanya. Ah, Lucas benar-benar benci situasi ini. Karena secuil ketakutan mulai tumbuh di hati terdalamnya.

Lucas berdecak sebal. Entah kenapa mulutnya jadi terasa pahit sekarang.

"Lalu? Apa yang kalian inginkan dari kami?" tanya Lucas tanpa basa-basi lagi. Sudah cukup baginya Athanasia memasang wajah seperti itu. Dia tak ingin percakapan ini semakin melebar kemana-mana lagi.

"Kami ingin kalian membantu kami menguak rahasia yang disembunyikan di Akademi Obelianta," Udolf memejamkan matanya dan memasang senyuman tenang.

"Rahasia?" ulang Lucas. Salah satu alisnya terangkat. "Rahasia apa?"

"Serikat sihir telah lama mencurigai adanya indikasi kejahatan yang dilakukan di balik Akademi Obelianta. Pernah ada beberapa laporan dari beberapa siswa yang melaporkan beberapa teman yang hilang tanpa jejak di sana. Namun ketika laporan tersebut dipastikan, siswa yang melapor itu telah kehilangan ingatannya tentang temannya itu."

Lucas mengernyit. Jelas ada sesuatu yang janggal di sini.

"Bisa saja memang salah laporkan? Lagipula memangnya Serikat Sihir ini diketahui oleh manusia biasa? Kenapa ada laporan dari manusia?" kilah Lucas.

"Aku yang mendapat laporan itu. Karena aku adalah mata-mata di sana," jawab Karina lugas. "Identitasku sebagai penyihir memang tidak diketahui. Aku biasanya memata-matai Ruang Konseling yang biasanya digunakan sebagai ruang pengaduan para siswa. Tapi aku juga sedikit tahu karena ada salah satu kenalanku yang bekerja sebagai staf di sana."

Lucas menghela nafas panjang. "Lalu? Kamu mencoba masuk ke dalam ruangan itu?"

"Iya. Tetapi di ruangan itu dipasang sebuah sihir penghalang. Kalau aku masuk ke dalam sana secara langsung, identitasku akan langsung ketahuan. Jadi aku hanya bisa memata-matainya secara tidak langsung."

Lucas mengangguk paham. Teringat akan sihir penghalang yang dipasang di ruang kepala sekolah, ia juga bisa membayangkan bagaimana sihir penghalang di ruang konseling itu bekerja. Lagipula selama di Akademi Obelianta, ia juga bisa merasakan adanya sihir penghalang yang memang dipasang di ruang-ruang tertentu. Rasanya seperti sihir itu telah otomatis ada dan telah dipasang dalam jangka waktu yang lama.

REINCERNATION [Who Made Me A Princess Fanfic] [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang