Athanasia menatap pantulan dirinya di cermin. Mengamati setiap lekuk tubuh dan surai pirang keemasannya yang semakin panjang. Kalau dilihat-lihat, tubuhnya sama sekali tak mengalami perubahan yang mencolok dibandingkan saat ia berada di jaman kerajaan Obelia dulu.
Justru menurutnya sama saja. Sepasang irisnya tetap berwarna biru permata dengan rambut pirang keemasan dan tubuh yang amat langsing.
"Hmm, bukannya kalau reinkernasi itu ada perubahan di tubuh ya?" gumam Athanasia seraya menyentuh wajah yang agak pucat itu. Teringat akan pernyataan pada buku yang ia baca. "Tapi ... kenapa semuanya justru sama aja? Apa ... ada yang salah?"
Athanasia menghela nafas panjang kemudian melihat sebuah bingkai foto yang berada di atas meja belajarnya. Di foto tersebut, tampak dirinya bersama Felix dan Ilia yang tengah berpose ceria di depan kebun belakang rumah.
"Bahkan ... mereka sama saja," gumam Athanasia seraya tersenyum sendu. "Lalu ... apa mereka juga ingat kalau aku ini seorang putri? Atau mereka mengurusku selama ini hanya untuk memenuhi tanggung jawab itu?"
Athanasia menghela nafas panjang dan menggeleng pelan. Ia sama sekali tidak tahu apa-apa. Lucas tak kunjung memberi tahunya meski Athanasia sudah menggunakan wajah memelasnya.
Semalam setelah berpelukan lama dengan Lucas, penyihir itu tak kunjung menjelaskan apapun dan justru menyuruh Athanasia untuk istirahat dan tak memikirkan apapun mengingat kondisinya yang masih belum stabil.
"Sejujurnya, ini di luar perkiraanku. Justru ... bisa dibilang ini keajaiban. Tapi aku sama sekali belum bisa memastikan tubuhmu ini aman atau tidak. Makanya, jangan memikirkan hal-hal aneh dulu ya, Tuan Putri?"
Kalimat Lucas yang sama sekali ia tak mengerti itu terngiang di benaknya. Tapi mengingat bagaimana ekspresi teduh Lucas yang telah lama Athanasia lupakan, berhasil membuat hatinya terasa hangat.
Ah, Athanasia jadi kembali termenung ketika memikirkan Lucas. Mengingat bagaimana perjuangan Lucas selama ini melewati dimensi ruang dan waktu hanya untuk menemukannya dan segala pengorbanan yang telah ia lakukan hanya untuk diri Athanasia.
Bagaimana ya perasaan Lucas selama ini melihat perkembangan tuan putrinya yang terlahir kembali tanpa ingatan apapun? Bagaimana bisa Lucas memasang wajah datar itu sementara kepahitan terus menyelimuti dirinya? Bagaimana bisa hatinya sekuat itu?
Athanasia menggigit bibir bawahnya dan tersenyum sendu. Ia sadar sampai kapanpun, ia tak akan pernah bisa membalas semua pengorbanan Lucas. Terlalu besar, terlalu banyak, bahkan Athanasia tak akan pernah bisa menghitungnya.
Kalau diingat-ingat, sejak di zaman kerajaan dulu pun, Lucas selalu mengabulkan permintaannya meski terkadang dengan raut keterpaksaan, kan? Ah, sekalipun ia menolak, pada akhirnya Lucas pasti selalu mengabulkannya meski tanpa sepengetahuan Athanasia.
Bahkan sampai detik ini pun, Lucas selalu menolong dan melindunginya tanpa sepengetahuan Athanasia.
Athanasia tersenyum, terlebih ketika merasakan perasaan hangat yang semakin menjalar di dadanya. Rona tipis menghiasi kedua pipinya ketika kembali terbayang wajah Lucas yang pura-pura menyangkal semua pengorbanannya saat ini.
Ah, ternyata Lucas-nya yang baik ini memang tidak pintar menyuarakan isi hatinya sampai detik ini, ya?
"Bahkan sampai detik ini, kamu masih menepati ucapanmu ya, Lucas?" Athanasia terkekeh pelan. Kemudian ia membuka gorden dan menatap sinar mentari yang amat menyilaukan.
Sudah saatnya untuk bersiap-siap sekolah. Lagipula, ia harus memasang penampilan terbaiknya di depan Lucas, kan? Athanasia tersenyum senang dan bersenandung riang.
![](https://img.wattpad.com/cover/227190344-288-k791920.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
REINCERNATION [Who Made Me A Princess Fanfic] [✔️]
Roman d'amourApa kalian percaya akan adanya kehidupan kembali? Demi menyelamatkan tuan putri dari putaran reinkernasi, Lucas rela menyelami ruang dan waktu, bahkan mengorbankan sihirnya hanya untuk menemukan gadis itu di abad ke-22. Kegagalan di masa silam tela...