59

99 11 0
                                    

3 hari kemudian ...

"Sarapan untuk Yamasaki-sama.."

Aku mengangguk dan mempersilakan perawat itu menaruh nampan berisi sarapan di atas nakas.

Ame hanya memandangi sarapannya dengan tatapan nanar.
Tubuh Ame sangat lemah dan wajahnya pucat. Kondisi Ame semakin lama semakin buruk, ia sekarang lebih banyak diam dan jarang sekali mau makan.

Kugenggam tangan Ame dan melihat sorot mata hijau zamrudnya yang meredup.

"Ame.. ayo sarapan."

Ame sedikit menoleh ke arahku. Ia tersenyum dan mengangguk.

Aku mulai menyuapi Ame sambil memandangi wajah pucat Ame yang sedang mengunyah makanan.

Sungguh, aku ingin menangis...

Namun, aku tidak boleh mengeluarkan air mataku.

Aku masih tersenyum sambil menyuapi  kekasihku sarapan agar tubuhnya tetap sehat.

Walaupun aku tahu, sebenarnya ia sama sekali tidak sehat.
Dia memiliki kelainan.

Setelah menyuapi Ame, aku menarik selimut Ame dan mengecup singkat keningnya.
Sekali lagi, Ame mengeluarkan ponselnya.

"Istirahatlah, jangan mengeluarkan ponselmu."

"Aku ada urusan mendadak dari kantor."

"Serahkan pada Sean, sayang."

"Demo-"

"Kau percaya pada Sean 'kan? Dia pasti bisa menyelesaikannya. Sekarang, kau harus istirahat, Ame."

Aku tersenyum.

"Daijoubu.."

Ame menghela napasnya pelan dan mengangguk.

Aku menarik selimutnya dan tersenyum singkat.

"Kau bisa menghandel ini semua Sean?"

"Serahkan pada saya, Hasegawa-san."

Aku mengangguk.

"Aku percaya padamu, Sean."

Sean membungkukkan tubuhnya.

"Arigato, Hasegawa-san."
Sean sempat melihat Ame dari jendela kamar Ame dan menghela napasnya pelan. Tampak raut wajah khawatir dari Sean.

"Dia akan baik-baik saja,"

"Hai, Hasegawa-san."

Sean berlalu melewatiku, kulihat punggung Sean yang sedikit membungkuk.

Kuputuskan untuk duduk di kursi tunggu samping kamar Ame. Kututup perlahan mataku, rasa panas mulai menjalar di kedua mataku.

Ah, kurasa aku akan menangis lagi.
Tidak, aku tidak boleh menangis.

Tap..tap..tap..

Aku membuka mataku dan melihat Hasegawa Ana berjalan ke arahku.
Aku langsung berdiri dan sedikit membungkukkan badanku.

"Onee-sama"

"Daijoubu?"

Eh? Dia menanyakan keadaanku?

"Daijoubu, Onee-sama."

Ia tersenyum tipis.

"Yokatta, bagaimana Onii-chan?"

"Dia sedang tertidur."

Onee-sama mengangguk paham, ia membuka pintu kamar Ame, dan membangunkan pelan kakaknya.

Aku melihat mereka dari balik jendela kamar, tanpa senyum dari wajah Ame disertasi elusan lembut Onee-sama pada kepala Ame. Kemudian, Hasegawa-Ana seperti sedang membicarakan sesuatu pada Ame yang sontak membuat Ame terkejut.

Man in Kabuki MaskTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang