28

212 31 1
                                    

Kamar Hana seperti tidak ada hiruk pikuknya. Sangat hening, sedang apa dia? Biasanya aku mendengar musik-musik dari kamar ini. Tumben sekali..
Jangan-jangan Hana..

Bunuh diri.. dengan obat penenangnya.

Oh tidak, feelingku mulai tidak enak. Segera kubuka pintu itu tanpa mengetuknya terlebih dahulu. Tidak, aku tidak siap berpisah dengan Hana. Hana milikku, milikku!

"Hana!"

Hana menoleh di tangannya terdapat aloe vera gell dan es batu di sebelahnya.

"Ada apa, Ame?"

"Kau sedang apa?!"

"Aku sedang menghilangkan bekas kissmark. Aku sudah bilang kepadamu tadi."

Aku menghela napas lega. Aku yang terlalu paranoid kepada Hana. Hana tersenyum.

"Memangnya kau kira aku sedang apa?"

"Eh? Uh.. tidak-tidak ada apa-apa.."

Aku duduk di sebelah Hana dan memandangi lehernya dengan bekas kissmark yang sudah hampir hilang. Aroma aloe vera yang segar tercium memasuki rongga hidungku. Aku suka sekali aroma ini, sangat menenangkan.

"Sudah selesai?"

"Belum, yang sebelah kiri belum kuobati."

"Kemari, biar kuobati."

"Ti-tidak perlu, Ame. Aku bisa melakukannya sendiri."

"Aku memaksa, Hana. Biar aku merawatmu."

Hana memberikan sekotak berisi kompres es batu di tanganku, sekaligus aloe vera gelnya.

Hana menyibakkan rambutnya, dan mendekatiku. Aku menelan ludahku, dan mulai mengompres leher Hana.

Hideki sialan..
cecunguk itu, ingin sekali aku membunuhnya!

Kutekan pelan kompres itu di leher Hana. Dan memastikan Hana baik-baik saja.

"Ittai! Setiap kali tersentuh es, rasanya seperti tersetrum."

"Bekasnya sudah mau hilang, tenang saja. Kau akan sembuh."

Aku masih menekan nekan leher Hana secara lembut.

"Sudah selesai. Akan kuoleskan aloe veranya."

Aku membuka tutup botol gel itu, mengeluarkan isinya sedikit dan mengoleskannya pada leher Hana.

"Sudah selesai.."

Hana tersenyum.

"Terima kasih, Ame.."

Aku mengelus puncak kepala Hana.

"Kalau ada sesuatu yang mengganjal di hatimu dan kau butuh teman cerita, kau bisa menceritakannya kepadaku."

"Aku baik-baik saja, Ame."

"Baiklah.. aku harus ke ruang kerjaku. Ada pekerjaan yang harus kuselesaikan. Mau ikut?"

"Tidak, aku tidak mau mengganggumu."

"Kau tidak menggangguku sama sekali, Hana."

Hana menggeleng pelan.

"Selesaikan pekerjaanmu. Aku di sini saja.. ganbatte.."

Aku memasang wajah bingung, ada apa dengan Hana? Menemaniku saja dia tidak mau. Aku beranjak dari kasur, dan keluar dari kamarnya.

Aku menghela napas pelan, kunyalakan komputerku dan mulai menyelesaikan pekerjaanku.

Ah, lagi-lagi email banyak yang masuk.
Aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal, dan mulai membuka satu per satu email yang masuk.

Man in Kabuki MaskTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang