49

122 12 1
                                    

23.00

Aku membuka mataku perlahan, tiba-tiba aku terbangun, entah apa yang membuatku terbangun.

Aku menoleh ke arah jendela. Sosok pria tinggi tegap berdiri di depan jendela kamarku, sosoknya menutupi sinar bulan yang masuk ke dalam kamarku. Jantungku berdegup kencang, jangan-jangan maling!

"Siapa kau?!"

Sosok itu maju ke arahku.
Aku menghela napas lega, dan menyunggingkan senyumanku.

"Ame.. mengapa malam sekali kemari? Kukira kau sudah tidur.. seharusnya kau meneleponku dulu.."

Aku melihat Ame masih tersenyum, pipinya memerah. Aku mengambil salah satu tangan Ame, dan menggengamnya.

"Kau merona? Ahahaha..!"

Ame masih terdiam.

"Hei.. ada apa?"
tanyaku pada Ame sambil menggoyang-goyangkan tangannya pelan.

Ame menggeleng pelan.

"Kau cantik.."

"A-aku..? A-arigato.." aku menyelipkan rambutku ke belakang telingaku.

"Duduklah di sini dulu.." aku menepuk pelan sisi kasurku.

Ame duduk di kasurku, ia langsung meletakkan kepalanya di pundakku. Kurangkul bahunya dan mencium kepalanya.

"Aku turun ke bawah dulu, kubuatkan coklar panas. Kau pasti lelah sehabis bekerja. Tunggu di sini, ya.."

"WOAAAAHH!!! AME!!!"

Ame menindih tubuhku dan menyelipkan jemarinya di sela-sela jemariku. Aku melihat wajah Ame yang masih memerah, dan juga..

Aroma alkohol..
Vodka?
Rum?

"Kau mabuk, Ame?"

"Shhh.. bukankah kau senang aku berada di sini, hm?"

Aku menatap manik mata Ame dengan tatapan bingungku. Namun seketika aku mengerti, Ame depresi. Ia melampiaskan depresinya dengan minum minuman berakohol. Yang aku tahu dari aromanya, ini aroma vodka! Ame minum vodka!

"A-Ame! Kau sedang mabuk! Jangan seperti ini..!"

"Shhh..."

Ame masih diam melihatiku.
Dia mencium bibirku.

Aku membelalakkan mataku mendapat ciuman tiba-tiba dari Ame.
Tu..tunggu.. ini bukan ciuman Ame yang lembut..

Ini..
ini ciuman gairah! Ciuman yang panas!

Aku meronta saat Ame melumat bibirku. Ini salah! Salah! Bukan seperti ini..! Aku mulai kehabisan oksigenku, sedikit kubuka mulutku untuk menghirup oksigen, namun Ame semakin menjelajah isi mulutku, melumatnya dengan sedikit kasar, ia menggigit bibir bawahku gemas, dan melumatnya lagi. Serasa ribuan kupu-kupu menggelitik perutku. Tenaga Ame sangat besar, hingga aku hanya bisa menutup mata, dan menerima ciumannya. Baru pertama kali Ame menciumku dengan ciuman panas.

Namun ini salah!
Ini tidak benar..

Aku sangat takut.

Ame melepas ciumannya. Napasnya terengah, begitu juga denganku. Uap panas memenuhiku dan Ame.

"Kau suka?"

Aku menggeleng pelan.

"Katakan padaku kau menyukai ciumanku tadi. Kau membalas ciumanku, Hana.."

Ame mulai mengendus leherku. Rasa geli menjalar di leherku saat hidung Ame bersentuhan dengan kulit leherku.

Tidak, Hana.
Jangan mendesah..

Man in Kabuki MaskTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang