18.00
"Kau baik-baik saja, Hana?"
Mina menggenggam tanganku, sontak membuatku menoleh ke arahnya. Aku tersenyum dan mengangguk pelan.
"Dari tadi kau melamun.. pasti ada sesuatu.."
"Benarkah? Aku dari tadi melamun?"
Mina mengangguk.
Aku menghela napasku pelan."Entahlah.."
"Mau aku ke rumahmu? Kau bisa bercerita padaku."
Aku mengangguk pelan.
"Tapi kita ke supermarket dulu. Aku ingin membeli beberapa kola."
Aku hanya menggangguk pelan.
30 menit kemudian, kereta berhenti di stasiun Akihabara. Aku dan Mina segera turun dari kereta itu, dan menuju supermarket terdekat.
"Mau kola?"
Aku menggeleng pelan.
"Ini kola stroberi! Bukannya kau suka kola stroberi?"
Aku menggangguk pelan. Mina tersenyum, dan memasukkan dua kaleng kola stroberi ke dalam keranjang belanjaannya.
"Oh, aku juga membeli beberapa kudapan. Kita bisa memakannya bersama."
Aku hanya tersenyum dan mengangguk.
Kemudian, Mina membayar semua belanjaannya, dan menuju rumahku.
C-KLEK!
"Ayo, masuk." ajakku pada sahabatku.
"Aroma teh hijau. Kau pecinta teh hijau?"
"Matcha lebih tepatnya."
"Sou desu.."
Aku melepas sepatu high heelsku dan langsung merebahkan diriku di sofa diikuti Mina.
"Oh, aku lupa. Aku akan mengambil gelasnya untuk kola." aku beranjak dari sofa, dan menuju dapur.
"Hei, di mana Kak Himawari?"
"Ikut suaminya tinggal di Tokyo."
"Tokyo?"
"Hm.."
"Berarti, hanya kau sendiri yang tinggal di sini."
"Yap, benar sekali.."
"Maaf, Hana."
Aku terkekeh.
"Untuk apa minta maaf? Kau kan hanya bilang kalau aku tinggal di sini."
Aku membawa dua buah gelas, dan menaruhnya di depan Minna. Aku mengambil salah satu kola milikku, dan membukanya. Kemudian menuangkannya ke dalam gelasku.
"Bagaimana tadi?"
Aku melirik ke arah Mina.
"Apanya?"
"Kau menangis sambil memelukku. Itu apa?"
Aku menaruh gelasku di meja.
"Oh.. itu.."
Aku menghela napas pelan, dan mulai menceritakan apa yang terjadi padaku di toilet tadi.
"Pria.. dengan topeng kabuki?"
Aku mengangguk.
"Itu aneh.. mengapa bisa ada pria topeng kabuki di dalam toilet wanita?"
"Aku tidak tahu. Tiba-tiba dia keluar dari salah satu bilik."
"Jangan-jangan itu Aka Manto!"
Mina bergidik.
"Dia tidak menawariku tisyu merah atau biru."
"Bisa kau katakan padaku ciri-ciri spesifiknya?"
"Tubuhnya tegap dan besar, dia tinggi, topeng kabuki yang seram, dan dia sangat wangi! Aku bisa mencium aroma parfum maskulin darinya!"
"Apa jangan-jangan, itu pria yang selama ini selalu berdiri di depan kelas saat kau mengajar?"
"Aku tidak tahu, Mina. Ini semakin mengerikan!"
Aku memeluk kedua lenganku.
"Apa yang harus aku lakukan?"
"Hmm... jangan sendirian kalau kau pergi ke toilet."
"Lalu bagaimana kalau di tengah-tengah jam mengajar, aku ingin ke toilet?"
"Ke toilet dulu sebelum masuk kelas. Dengan begitu, kau tidak akan ke toilet saat tengah-tengah mengajar!"
Aku menggangguk paham. Cara yang bagus juga.
"Kau tahu, Mina. Saat aku menatap mata topeng itu, aku bisa melihat sepasang mata dengan iris hijau zamrud yang sangat indah! Mata itu menatapku dengan tatapan teduh."
Aku mulai merasa hangat.
"Hana, jangan mudah percaya dengan tatapan orang. Jangan-jangan pria itu mesum! Dia saja masuk ke dalam toilet wanita! Hih!"
Mina benar, jangan-jangan itu pria mesum!
"Baiklah, aku harus pulang. Kau baik-baik saja 'kan sendirian?"
"Tidak apa-apa. Jangan khawatir, rumahku aman."
Aku tersenyum dan memeluk Mina.
"Arigato, Mina."
Aku mengantar Minna keluar rumah.
"Mau aku antar ke stasiun?"
"Tidak perlu. Aku bisa naik taksi, lagipula masih pukul 7. Jalanan masih ramai."
"Baiklah, hati-hati.."
Mina mengangguk.
"Jaa, matane.."
Aku menutup pintu rumahku dan menguncinya. Kemudian, aku membereskan gelas-gelas dan kaleng-kaleng bekas soda.
Sebaiknya, aku mengunci semua pintu. Entah aku merasa tidak sedang aman.
Aku mengunci semua pintu-pintu, dan jendela-jendela. Kemudian, aku menuju kamarku untuk mengganti pakaianku."Oh, aku masih ada sisa sup miso semalam. Lebih baik aku mengisi perutku dengan sup miso."
Aku mengambil sisa sup miso dari dalam kulkas, dan memanaskannya di dalam microwave.
"Itadakimasu!"
Aku mulai menyantap makan malamku, dengan lauk tofu.
Setelah menyantap makan malam, kubawa mangkok, piring dan sumpitku ke dalam mesin pencuci piring. Kemudian aku menuju ruang keluarga untuk menonton televisi.
21.00
"Hoaaaahhm.."
Ngantuk sekali. Aku mendongak ke arah jam dinding, sudah pukul 10 rupanya. Aku mematikan televisi, dan menuju kamarku.
Kuturunkan suhu AC di kamarku, dan segera naik ke kasurku.
"Selamat malam..."
Aku masih belum bisa tidur. Entah, aku masih memikirkan pria dengan topeng kabukinya. Tubuhnya tinggi besar dan tegap. Juga dengan jas kantorannya, sepertinya harganya sangat mahal dari bahan kainnya saja berbeda dengan setelan kantoran pada umumnya. Aku bisa melihat dengan jelas sorot mata hijau zamrudnya memandang kedua manik mataku. Tatapan dari balik topeng itu teduh. Seperti dia sedang rindu pada seseorang. Yang jelas, pertanyaanku tentang pria itu. Mau apa dia denganku? Ah, maksudku. Ada urusan apa dia denganku? Sampai segitunya dia mengikutiku. Bahkan sampai masuk toilet wanita! Bukankah itu gila?!
Ayolah, Hana. Jangan mudah percaya hanya dengan tatapan orang! Pria itu mesum! Mesum! Sampai dia berani masuk ke dalam toilet wanita! Sekali lagi kukatakan, itu mesum!
Aku menarik selimutku, dan mulai menjemput alam mimpiku.
Mataku sudah memberat, alam mimpi sudah ada di depan mataku.
~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Man in Kabuki Mask
RandomSeseorang sedang mengikutiku... Tidak, aku tidak aman di sini.. Seseorang, tolong aku.. -Hasegawa Hana- ~~ Kemanapun kau pergi, aku akan selalu mengikutimu.. Karena kau, MILIKKU dan akan tetap selamanya menjadi MILIKKU. -Yamasaki Ame-