19

330 31 1
                                    

Sudah hampir dua bulan Ame mengunjungi rumahku. Setiap hari, ia mengunjungi rumahku dan menemaniku yang sendirian di rumah ini. Dia sangat manis kepadaku. Perilakunya, tutur katanya kepadaku, sangat halus dan lembut. Suara baritonnya yang memanggil namaku adalah suara favoritku kedua setelah bel pulang sekolah. Bahkan, aku sudah mengenalkan Ame pada Kak Himawari, kata kakak. Ame orang yang aneh, namun menyenangkan. Dia benar-benar penasaran sekali sosok asli Ame dibalik topeng kabukinya. Begitu juga aku, kapan Ame akan melepas topengnya?

Kupandangi Ame yang sedang meniup gelembung sabun yang kubuat sendiri. Ini adalah mainan masa kecilku, ayahku yang mengajariku cara membuat gelembung sabun sendiri dari sabun mandi cair, namun ayahku menambahkan bahan rahasia agar gelembung yang dihasilkan lebih banyak. Hanya aku yang tahu, hihihi.. aku dan Ame duduk di halaman belakang sambil menikmati hari minggu yang cerah dan panas. Ame memakai kaos tanpa kerah berwarna biru muda muda yang mencetak lengan besar berototnya, celana tiga per empat dengan topeng kabuki berwarna putih bersih dengan guratan-guratan yang mempercantik topeng putih itu. Sedangkan aku juga hanya memakai kaos tanpa lengan berwarna merah jambu dengan hotpants hitam. Yah, hari ini memang sangat panas. Ditemani soda rasa melon dicampur es batu dan keripik kentang, kami menikmati Minggu panas berdua.

Kami semakin lama semakin dekat,
Dan aku semakin menyukai Ame..

Bibir tipis Ame meniup gelembung-gelembung sabun itu walaupun sudah dibantu oleh kipas angin di sebelahnya. Namun ia masih saja meniup gelembung-gelembung itu. Gelembung sabun yang sangat banyak memenuhi kami berdua. Kami tidak sendirian.
Ada aku, Ame, dan gelembung-gelembung sabun sebanyak ini. Aku menoleh ke arah Ame, Ame menoleh ke arahku dengan wajahnya dihiasi gelembung sabun. Dia tersenyum kepadaku.

"Masih panas, Hana?"

Aku menggeleng pelan. Namun keringatku tidak bohong, mereka mengucuri dahi dan pelipisku. Membuat wajahku semakin glowing. Ame mengambil kertas tisyu di sebelahnya, dan mengusap pelan keringatku.
Jantungku lagi-lagi berdegup kencang, namun keringat tidak mengucuri pelipisku, karena sudah diusap Ame. Aku tersenyum dan meletakkan kepalaku pada pundak Ame.
Mencium aroma kaosnya yang semakin wangi bila terkena keringat. Wangi bayi yang lembut memenuhi tubuh Ame. Ame seperti bayi besar yang manis.

"Mau soda lagi..?"

"Aku sudah berulang kali sendawa, Hana."

Kujulurkan lidahku, dan menambahi soda melon itu ke gelas Ame. Ame meminum soda itu.

"Kau minum juga 'kan?"

"Aku tidak membuang-buang minuman."

Ame langsung menghabiskannya. Dan menyisakan es batunya.

BUUUURRRRRPPPPP!!!!

Aku melongo melihat Ame yang bersendawa sekeras itu karena terlalu banyak minum soda. Aku tertawa sekencang-kencangnya, melihat Ame yang merona karena sendawanya.

"Biar kutemani kau.."

Kuisi gelasku dengan soda hingga hampir penuh, dan meminumnya sampai habis.

BUUUUUUURRRRRPPPP !!!!

Ame tertawa melihatku yang juga bersendawa keras sepertinya. Aku baru pertama kali melihat Ame yang tertawa selepas-lepasnya. Aku tersenyum, melihat Ame yang sebahagia itu.

Ame merangkul pundakku dengan tawanya yang lepas. Kubalas pelukkan Ame dan meletakkan kepalaku pada pundaknya.

"Kau tidak perlu malu lagi, Ame.."

Ame berhenti tertawa berganti jadi senyumannya.

"Karena aku, akan selalu bersamamu.."

Aku tersenyum memperlihatkan gigi gingsulku pada Ame, sekali lagi. Hatiku menghangat. Kubaringkan tubuhku dan menatap langit-langit rumahku yang digantung hiasan.

Man in Kabuki MaskTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang