21

285 30 1
                                    

HANA

"Ku-kumohon, Hideki. Jangan lakukan ini.. ini tidak benar."

Hideki semakin menciumi bibirku sambil tangannya masuk dan meraba pahaku. Suhu dingin tangan Hideki yang kontras dengan suhu pahaku yang hangat. Tidak, aku tidak mau ini!
Air mata keluar dengan derasnya dari mataku.

Seseorang, tolong aku!

"Kau menipuku, sialan! Ternyata kau ingin memperkosaku!"

Hideki berhenti menciumiku, terutama di bagian leherku. Aku bisa merasakan perih saat ia membuat mahakaryanya.

Ia menatap mataku dalam-dalam dengan kabut gairah di kedua matanya.

"Itulah bodohnya kau, Hana. Kau mudah sekali ditipu!"

Hideki kembali mencium dan melumat bibirku.
Ciuman pertamaku sudah diambil laki-laki brengsek ini.

"Aku menginginkanmu, Hana. Tapi kau malah menolakku. Kau juga sudah tahu 'kan, aku ini orang yang tidak akan menyerah dalam mendapat apa yang aku mau. Termasuk dirimu."

Aku menatap Hideki dengan penuh kebencian. Api kebencian menyelimuti diriku. Aku berusaha meronta melepaskan cengkeraman tangan Hideki.

"Mau kemana, sayang? Kita baru saja mulai.."

Ciuman Hideki kembali turun. Kali ini ia membuka bagin bawah kemejaku, dan menciumi perutku. Sensasi geli di bagian perutku juga basah karena ciuman Hideki. Aku menutup mataku sambil berusaha mendorong pundak Hideki. Aku kalah tenaga dengannya, tubuh Hideki yang kekar tidak bergerak sedikitpun. Malah ia menggenggam tanganku dan terus menciumi perutku.

"Lepaskan aku, sialan! LEPASKAN!"

Hideki menjauhkan wajahnya dari perutku. Napas panasnya menerpa wajahku, ia terengah.

"Semudah itu aku melepaskan kamu? Setelah kau menolakku?! Aku melakukan apapun untuk menarik hatimu! Berusaha mati-matian membuatmu menyukaiku! Tapi kau malah menolakku! Apa yang kurang dari diriku!"

Aku hanya diam menatap Hideki masih dengan tatapan benciku. Aku sudah berantakan, rambutku tidak karuan, kemejaku terlepas tiga kancing memperlihatkan bra dan belahan dadaku, rokku yang sudah terangkat dengan tangan Hideki di pahaku dekat dengan selangkanganku. Sekali jarinya masuk ke dalam pahaku, ia bisa menyentuh inti tubuhku.

"Oh! Aku tahu.. apa kau menyukai si kabuki sialan itu, hm?"

"Kalau iya, kau mau apa, brengsek!"

"Cih, Sudah kuduga, kau menyukai kabuki sialan itu. Padahal kau tahu, aku lebih baik dari kabuki itu. Dia hanya pria idiot yang memakai topeng kabuki! Apa yang kau harapkan dari si kabuki itu?!"

"Bukan urusanmu aku suka dengan siapa! Aku tidak ada perasaan apapun padamu, Hideki! Kukira kau adalah temanku, tapi ternyata kau brengsek!"

"Siapa yang ingin menjadi temanmu, Hana. Menjadi temanmu adalah kedokku untuk mendekatimu.. dan kau tahu, menjadi guru juga kedokku untuk dekat denganmu. Aku sengaja menjadi guru hanya untuk mendapatkanmu! Kalau bukan karena kau, aku tidak akan mau turun ke lingkungan sekolah dan berinteraksi dengan serangga-serangga pengganggu hubungan kita, Hana."

Aku menggeleng pelan mendengar pengakuan dari Hideki.

"Ternyata banyak juga guru-guru pria yang mendekatimu. Tapi, aku menang! Aku menang, Hana! Bahkan si kabuki yang kau sukai itu tidak akan bisa memilikimu!"

Hideki semakin meraba lembut pahaku. Bulu kudukku meremang seketika saat terkena sentuhan Hideki, air mata mengucur semakin deras di pipiku. Aku sangat takut. Ame di mana kau?

Man in Kabuki MaskTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang