22

286 33 1
                                    

HANA

Aku membuka mataku perlahan saat merasakan sinar matahari masuk ke dalam kamar. Nyaman sekali kasur ini, wangi lavender pula.

Tunggu,
Ini bukan kamarku! Mengapa semewah ini?!

Aku melempar pandanganku pada seisi kamar mewah ini. Nuansa warm white dengan interior yang sangat mewah dan berkelas.

"Kya! Yamasaki-sama!"

Aku melihat Yamasaki-sama yang berdiri di sebelah nakas sambil membawa nampan berisi pancake.

"Ohayo, Hana.."

Yamasaki-sama hanya memakai kaos tanpa lengan berkerah rendah, sehingga memperlihatkan belahan dadanya, dan celana hotpants hitam. Baru pertama kali aku melihat kepala sekolahku dengan pakaian rumahan.

"O-ohayo, Yamasaki-sama"

Ia tersenyum, dan menghampiriku. Kemudian ia menaruh nampan berisi sarapan itu di atas nakas sebelahku.

"Sarapan untukmu. Makanlah.."

"A-arigato, Yamasaki-sama."

Aku masih mengedarkan pandanganku ke seisi kamar ini.

"Kau di rumah Ame. Ame yang membawamu ke rumahnya."

Ame? INI RUMAH AME ?! RUMAH SEMEWAH INI?!
Mimpi apa aku semalam bisa bangun di kamar seperti kamar tuan putri.

Aku mengambil sarapanku, dan mulai memakannya.

"Hana.."

Aku menoleh saat dipanggil namaku oleh Yamasaki-sama.

"Aku minta maaf atas kejadian yang menimpamu kemarin. Kau pasti trauma berat. Aku tidak tahu kalau Hideki berbuat menjijikkan seperti itu. Aku minta maaf."

Yamasaki-sama menundukkan kepalanya, dan meremas ujung selimutku. Aku tersenyum, dan memegang kedua tangannya.

"Tidak apa-apa, Yamasaki-sama. Saya berterima kasih, Anda sudah mau merawat saya."

Yamasaki-sama tersenyum dan mengangguk.

"Ngomong-ngomong, aku sudah mengganti pakaianmu. Itu piyamaku."

Aku melihat ke bawah, pakaianku sudah berganti menjadi piyama berwarna oranye berbahan katun berkualitas tinggi.

"Maafkan, saya. Yamasaki-sama. Nanti akan saya cuci dan saya kembalikan."

"Tidak apa-apa, Hana. Itu kuberikan untukmu, kau boleh mengambilnya. Kau masih dalam trauma berat, kau tidak boleh tinggal sendirian. Harus ada yang mendampingimu melewati masa-masa traumamu. Untuk satu minggu, kau kuberikan cuti untuk memulihkan mentalmu. Kakakku sudah menyiapkan semuanya mulai dari pakaian-pakaianmu."

"Oh, untuk baju dalammu. Aku yang menyiapkannya. Mudah sekali mencari bra untukmu."

Yamasaki-sama memandangi dadaku.

"Punyamu lebih kecil dari milikku."

E-eh?!
Wajahku memerah mendengar Yamasaki-sama sefrontal itu.

"Yah, kau istirahat dulu. Aku harus mengurus surat pemecatan Hideki."

Hideki dipecat?

"Oh iya, semua baju, sepatu, aksesoris yang ada di wardrobe room, semuanya milikmu. Jangan kaget, kakakku sempat gila sesaat saat membelikanmu pakaian. Aku sudah menegurnya, dia malah balik memarahiku."

Aku menoleh ke arah pintu berwarna putih yang menjadi wardrobe room pribadiku.

Yamasaki-sama mengelus puncak kepalaku singkat, dan keluar dari kamarku.

Man in Kabuki MaskTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang