37

129 13 2
                                    

HANA

"Mau tambahan coklat lagi, Ame?"

"Tidak.. oatmealku sudah hampir habis.."

"Baiklah.."

"Lagi-lagi, belum habis.. sedang memikirkan apa?"

Aku masih terdiam sambil membuat bentuk abstrak di oatmealku dengan sendokku.

"Hideki?"

Aku mengangguk pelan.

"Masih takut?"

Aku menaikkan kedua bahuku pelan.
Ame menggenggam tanganku, dan mengelusnya lembut.

"Kau akan baik-baik saja. Aku akan selalu bersamamu.."

Aku mengangguk pelan, dan menyunggingkan senyum tipisku.

Ame menghampiriku, dan mengambil mangkukku.

"Sekarang.. habiskan sarapanmu. aaaaa..."

Aku membuka mulutku, lagi-lagi Ame menyuapiku seperti anak kecil.
Aku tertawa pelan.

"Haruskah kamu menyuapiku seperti bayi, Ame?"

"Ada apa? Kau memang bayiku."

Aku terkekeh dan menerima suapan kedua Ame.

Aku melihat ponselku. Hideki sudah mengirimkanku pesan.

"Aku sudah ada di taman.."

Tanpa kubalas pesan itu, aku mematikan ponselku.

"Ayo Ame, kita berangkat."

"Sekarang?"

Aku mengangguk. Kuambil tas kecilku, dan keluar dari mansion Ame.

~~

Setelah sampai di taman, aku segera mencari sosok keberadaan Hideki. Pria dengan jaket denimnya duduk di salah satu bangku itu. Aku berjalan menghampiri Hideki, ia tahu keberadaanku dan menyunggingkan senyumannya. Ah, aku muak sekali melihat senyuman itu.

"Hei, Hana.."

"Katakan apa maumu. Aku tidak ada waktu denganmu."

Aku menoleh ke arah Ame yang sedang menyandarkan tubuhnya pada mobilnya, dan memandangiku.

"Tenanglah. Duduklah dulu, aku tahu kau benci padaku. Sangat."

"Kau sudah mengetahuinya, Hideki."

"Duduklah dulu, Hana."

"Aku tidak mau dekat-dekat denganmu."

"Aku tidak akan macam-macam denganmu. Lagipula, kekasihmu ada di sini 'kan?"

Akhirnya, aku memutuskan untuk duduk di sebelah Hideki. Namun dengan jarak yang cukup jauh. Aku masih memandangi Hideki dengan tatapan benciku padanya.

"Aku hanya ingin minta maaf padamu."

"Kemarin kau juga minta maaf padaku, dan hasilnya sama saja."

"Tidak, untuk yang ini aku benar bersungguh-sungguh padamu. Aku salah.. aku memang brengsek."

Aku masih terdiam.

"Kau wanita yang baik, juga lembut. Tidak seharusnya aku bersikap seperti itu padamu. Kau temanku, bodohnya aku hampir menyetubuhi temanku sendiri karena egoku. Aku yang bodoh, aku yang brengsek."

Aku menoleh ke arah Hideki, namun Hideki malah menunduk dengan senyuman nanarnya.

"Seharusnya aku menghargai keputusanmu tentang perasaanmu padaku. Bukan malah bersikap seperti seorang bajingan yang hypersex. Aku salah. Aku minta maaf padamu."

Man in Kabuki MaskTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang