25

255 25 1
                                    

"Apa masih jauh, Sean?"

"Sebentar lagi sampai, Tuan."

Aku hanya diam sambil memandangi jalanan malam yang hanya diterangi oleh lampu mobilku.

"Jadi, Hideki yang memperkosa Hana?"

"Benar, dia menyentuh gadisku."

"Atas dasar apa, Tuan?"

"Aku tidak tahu, Sean. Aku sudah mencoba bertanya pada Hana. Dia enggan menceritakannya padaku."

Aku menghela napas pelan.

"Dia sedang trauma."

"Saya mengerti, Tuan. Trauma memang memerlukan waktu yang tepat untuk penderitanya mau menceritakan kronologi tragedinya."

"Kau benar, tadi sore. Psikiater sudah memeriksa Hana. Setelah kita sampai di rumahnya, aku ingin kau habisi Hideki. Jangan membunuhnya, aku yang akan melakukannya."

"Itu mudah, Yamasaki-sama. Anda akan melihat pemandangan yang indah di depan mata Anda."

Sean menyunggingkan senyuman smirknya.

"Kita sampai, Tuan."

Rumah yang cukup mewah, di tengah taman yang luas. Aku menggertakkan gigiku dan keluar dari mobilku.

"Masuk, habisi dia."

Sean memberi isyarat pada bodyguard-bodyguardku untuk mendobrak pintu rumah Hideki, dan menghabisi cecunguk sialan itu. Aku masuk ke dalam mobil, dan menunggu Sean dan bodyguardku membuat pemandangan indah untukku. Semoga mereka tidak mengecewakanku.

1 menit..

3 menit..

5 menit..

10 menit..

Ponselku berbunyi, telepon dari Sean.

"Pemandangan bagus menanti Anda, tuan.."

Aku tersenyum smirk, dan melangkahkan kakiku masuk ke rumah itu.
Hideki..
Hideki yang sudah dalam keadaan babak belur dengan darah di sekujur tubuhnya. Sean benar-benar tidak pernah mengecewakan aku.

Clap.. clap.. clap..

"Sungguh, pemandangan yang indah.. bolehkah aku melukis pemandangan ini, hm?"

"Ka-kau!! Kabuki sialan! Mau apa kau denganku!!!!"

"Memberimu sedikit pelajaran supaya jangan menyentuh apa yang bukan milikmu.."

"Hana, huh? Cih.. wanita sialan itu! Tubuh yang cukup enak untuk dinikmati.."

Aku mengambil kerah baju Hideki, dan melayangkan bogem mentahku. Hideki memuntahkan darah dari mulutnya.

"Ada apa, sialan? Kau belum sempat menikmati tubuhnya?"

"Sekali lagi kau berkata seperti itu aku bersumpah akan mematahkan rahangmu!"

"Oh? Mengapa? Aku berbicara fakta, bung! Hana memang memiliki tubuh yang sedap untuk disentuh. Hanya saja, aku belum sempat menyetubuhinya. Mungkin akan terdengar desahan yang indah.."

Ingin sekali aku mematahkan rahang cecunguk ini. Oh, tidak-tidak. Ada cara yang paling simpel agar dia mematahkan rahangnya sendiri.

"Ada apa, kabuki? Kau ingin mematahkan rahangku? Lakukan saja."

"Oh? Aku? Tidak.. aku hanya bercanda denganmu tadi. Tidak perlu dipikirkan."

Aku tersenyum.

"Tapi aku akan membuatmu mematahkan rahangmu sendiri."

Man in Kabuki MaskTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang