24

260 27 6
                                    

Aku ingin sekali keluar kamar, di sini bosan. Aku membuka pintu kamarku, dan menuruni tangga lantai dua.

Ame belum kembali bekerja? Mengapa dia malah memakai kaos rumah? Aku menghampiri Ame yang sedang bermain dengan seekor kucing berbulu oranye.

"Kau tidak kembali ke Kantor, Ame?"

"Tidak.."

"Mengapa?"

"Karena aku ingin merawatmu."

"Tapi aku baik-baik saja, Ame.."

"Tidak, tidak, tidak. Kau masih trauma, melihatku ke kamarmu saja kau sudah ketakutan. Padahal aku yang ke kamarmu. Bagaimana kalau salah satu butlerku yang terpaksa harus ke kamarmu padahal ia hanya mengantarkan sarapanmu? Atau Sean, sekretarisku?"

"Tidak.. jangan.. aku takut."

"See? Kau masih sakit, Hana. Aku harus selalu mendampingimu."

Aku hanya terdiam, sambil memutar-mutar ujung kaosku dengan jariku.

"Duduklah di sini. Kau belum berkenalan dengan kucingku 'kan?"

Aku tersenyum dan duduk di samping Ame. Seketika kucing itu yang semula berada di paha Ame, berpindah menaiki pahaku. Aku mengelus lembut kepala kucing itu.

"Perkenalkan. Dia Roger, kucing dengan ketampanan yang melebihiku."

Aku terkekeh.

Aku melihat Roger yang sudah tertidur pulas di pahaku.

"Benar begitu, Roger? Hm.. aku tidak percaya sebelum aku melihat Ame melepas topengnya."

"Kau akan melihatnya, Hana."

"Benarkah?"

Ame mengangguk.

"Mau menonton televisi? Akan kuganti channelnya. Kau ingin apa? Nickelodeon? Paw Patrol, Spongebob Squarepants? Atau Chop-chop Ninja?"

Aku tertawa pelan.

"Tidak, aku suka ini .. National Geographic"

"Oh, kita suka channel televisi yang sama. Akhirnya, aku ada teman menonton. Bagaimana kalau sepak bola?"

"Aku suka Manchaster United."

"Akan kubelikan kaos jersey MU untukmu."

"Ti-tidak perlu, Ame."

"Tidak bisa begitu, mendukung tim sepak bola tidak lengkap tanpa memakai jersey tim sepak bolanya."

"Ahahahaha! Baiklah-baiklah! Aku ikut saja.."

Aku dan Ame saling diam sambil melihati televisi National Geographic sesekali aku melirik ke arah Ame yang sedang fokus menonton televisi, sambil sesekali meminum sekotak susu vanilla di depannya.

Apa Ame membenciku?

Aku menghela napasku pelan, dan mengelus puncak kepala Roger. Entah, perasaanku tidak enak sekali. Aku takut bila Ame membenciku karena seseorang sudah memperkosaku. Apa aku harus membuang perasaanku jauh-jauh untuk Ame? Aku yakin, Ame juga tidak menyimpan perasaan apapun padaku. Hanya sebatas teman saja, dan teman yang membantu teman. Kalau benar Ame membenciku, silakan. Tidak apa-apa, setidaknya semua kenangan ini akan kusimpan baik-baik di dalam hatiku. Kenangan kalau aku pernah menyukai pria yang unik.

"Ada apa, Hana?"

Aku langsung menoleh ke arah Ame yang tersenyum padaku.

"Tidak ada apa-apa.."

Man in Kabuki MaskTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang