29

199 27 1
                                    

HANA

Rasa bahagia membuncah di dalam hatiku. Aku menjadi kekasih Ame sekarang, aku mengira Ame membenciku namun aku salah. Ame mencintaiku. Seharusnya aku tidak berprasangka buruk duluan kepadanya. Perasaanku tersampaikan, aku menjadi kekasih Ame sekarang. Dan dia.. dia melepas topengnya! Hal yang membuatku sangat penasaran seperti apa wajah Ame tanpa topeng. Dia sangat tampan!! Seperti pangeran dalam film Disney yang saat aku kecil sering kutonton, dan sekarang menjadi kenyataan. Pria ini contohnya, sedang menjadi tempat tubuh dan kepalaku bersandar di bahunya. Sungguh, dia sangat tampan! Mata hijau zamrudnya, hidungnya yang mancung, dan bibir tipisnya. Dia sangat tampan dan menawan!

"Aku ingin sekali kau menjadi ciuman pertamaku. Tapi ciuman pertamaku sudah diambil Hideki.."

"Oh? Begitu?"

Aku mengangguk pelan.

"Hm.. kalau aku boleh jujur padamu, Hana."

Aku menggambar abstrak di atas perut Ame.

"Apa itu?"

"Ciuman pertamamu sudah kuambil.."

"Heh?! Kapan??"

"Ehm.. luka di bibirmu?"

Luka..luka di bibir? Yang mana..?
Aku mencoba mengingat-ingat kapan bibirku pernah luka.

"Oh itu! Jadi kau pelakunya?!"

Ame berdehem singkat sambil tersenyum smirk.

"Aku hebat 'kan?"

Aku memukul mukul dada Ame.

"DASAR LANCANG!!!! ITU CIUMAN PERTAMAKU!!! KUKIRA SERANGGA MENGGIGITKU!!!! AME NO BAKAAA!!!!"

"Hei! Hei! Mana ada serangga tampan sepertiku? Lagipula, kau juga senang 'kan aku yang mengambil ciuman pertamamu, bukan Hideki?"

Pipiku memanas. Dia benar juga.

"Diamlah.. jangan dibahas lagi, iya. Aku senang."

Aku memeluk perut Ame dan memejamkan mataku. Wangi pakaian Ame sangat lembut dan menenangkan.

"Kita memang pernah bertemu sebelumnya, Hana."

"Kapan?"

"Masa kau tidak ingat?"

Aku menggeleng pelan.

"Saat kau mewawancarai ayahku pada pembukaan cabang perusahaan Kyoto. Aku melihatmu, sayang.. hmm.. seragam SMA yang bagus.."

Aku mengingat ingat kejadian saat aku mewawancarai ayah Ame pada acara pembukaan cabang perusahaan Kyoto.

"Pria culun itu kau?"

Ame memasang wajah datarnya.

"Sudahlah, aku ingin tidur."

Ame melepas pelukkanku, dan berbalik memunggungiku. Aku berbaring di sebelah Ame dan memeluk pinggangnya.

"Jangan marah, Ame. Dengan style itu kau tampan. Sangat tampan.. aku mencintaimu.."

Aku mencium pundak Ame dan beranjak dari kasurnya.

"Oyasuminasai, my love.."

Saat aku hendak kembali ke kamarku, aku merasa Ame menggenggam tanganku. Sontak aku berbalik dan menatap Ame dengam senyumam miringnya.

"Siapa yang menyuruhmu keluar dari kamarku?"

"Sayang, aku harus tidur. Aku mengantuk."

"Hm.. mungkin kau belum tahu peraturan di kamarku ini."

"Peraturan? Peraturan apa?"

"Seseorang yang masuk ke dalam kamarku, tidak akan bisa keluar lagi. Dan itu berlaku untuk kekasihku!"

"Aku.. kekasihmu, Ame."

"Tepat sekali! Kemarilah.."

Ame menarik tanganku sehingga aku jatuh di pelukkannya.

"KYA! Ame!!"

Ame menindih tubuhku, kedua mata hijau zamrudnya memandangi mata hazelku. Aku bersumpah, Ame sangat tampan! Dia menyunggingkan senyuman dengan kedua lesung pipi yang menjadi favoritku. Aku membelai pipinya pelan dan tersenyum.

Ame perlahan mendekatkan bibirnya ke bibirku. Kututup mataku perlahan, dan membiarkan pria ini menciumku.

Namun Ame berhenti.

Aku membuka mataku perlahan melihat Ame yang sedikit menjauhkan wajahnya dariku.

"Aku tidak mau traumamu kambuh lagi. Kalau aku menciummu, aku yakin traumamu akan semakin parah."

Aku terdiam.
Ame mengerti keadaanku, ia bangun dari posisinya dan mempersilakanku bangun.

"Mau tidur bersamaku malam ini?"

Aku menggeleng pelan.

"Bukan malam ini.."

"Baiklah. Kuantar kau ke kamarmu."

"Hei, kamarku di sebelahmu."

"Aku takut ada monster yang akan menculikmu, Hana."

Aku terkekeh.

"Kau berlebihan, Ame."

Ame ikut bangun dari kasurnya dan mengantarku ke kekamarku.

"Bye, selamat malam Ame.."

Aku bisa melihat raut wajah Ame yang berbeda. Kali ini lebih jelas karena dia sudah tidak memakai topengnya lagi. Ada sedikit raut wajah kecewa.

"Ada apa?"

"Kita sudah berpacaran, bolehkah aku tidur bersamamu?"

Aku tersenyum, maju dan mencium hidungnya singkat.

"Dame.."

"Kenapa?"

"Nanti saja.. nah, sekarang tidurlah.. kembali ke kamarmu."

"Tapi aku masih belum mengantuk, Hana."

"Mau kunyanyikan lagu pengantar tidur juga?"

"Tidak perlu, aku sudah dewasa."

Aku menjulurkan lidahku. Ame terkekeh dan keluar dari kamarku.

"Hei Ame!"

Ame menoleh.

"Aku mencintaimu.. sangat!"

Ame tersenyum.

"Aku yang duluan mencintaimu, sangat!"

Jantungku lagi-lagi berdegup kencang. Senyuman mengembang di bibirku.

Man in Kabuki MaskTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang