27

230 27 3
                                    

"Hana.."

"Hanaa.."

Aku membuka mataku perlahan saat mendengar seseorang memanggil namaku. Aku terperanjat melihat sosok tinggi dan tegap sedang memegang bahuku.

"Tenang, Hana. Aku Ame.."

Rasa lega mengguyurku, segera kupeluk perut Ame dan menenggelamkan kepalaku. Ame memeluk puncak kepalaku dengan lembut.

Tidak, Ame membenciku.. aku segera melepas pelukkanku, dan menjaga jarak dengannya.

"Mengapa tidur di sini?"

"Aku ketiduran saat membaca buku."

"Ayo makan siang. Kau pasti lapar."

Aku tersenyum dan mengangguk. Ame menggandeng tanganku, ingin sekali aku menepis genggaman tangan Ame. Tapi.. entah aku merasa tidak tega, padahal mungkin Ame terpaksa menggandeng tanganku. Aku tidak menggenggam tangannya. Hanya memegang tangannya saja.

Aku menarik kursi makanku dan duduk di situ. Sementara Ame duduk di depanku sambil tersenyum padaku. Aku hanya membalas senyuman Ame dengan senyuman tipisku. Tiba-tiba aku mendengar suara ponsel berbunyi, kukeluarkan ponselku dari dalam saku celanaku.

"Ah, sebentar Hana. Aku dapat telepon dari Sean."

Oh, bukan dari ponselku. Aku tersenyum dan mengangguk pelan. Kulihati punggung lebar dan tegap Ame yang membelakangiku agak jauh untuk menerima telepon dari sekretarisnya. Kuhela napasku pelan, dan melihat Tsubomi sedang membawa dua piring berisi nasi untukku dan Ame.

"Di mana Yamasaki-sama, Nona?"

"Sedang menerima telepon."

Tsubomi mengangguk paham dan menaruh dua piring berisi nasi, dua mangkuk berisi sup Ozoni, sepiring kroket, dan sari jeruk.

"Arigato.."

Tsubomi tersenyum dan membungkukkan badannya lalu pergi dari dining room. Aku masih melihati Ame yang sibuk dengan teleponnya dan berganti melihat sup Ozoni yang sudah tersaji di depanku. Aku sudah lapar sekali, tapi tidak mungkin aku makan duluan. Tidak apa-apa, tunggu saja. Lagipula supnya masih sangat panas. Aku memangku daguku dengan kedua tanganku sambil melihati Ame yang mondar mandir dengan ponsel yang ia tempelkan di telinga kanannya.

Oh, dia sudah selesai menerima teleponnya. Ame berjalan menghampiriku dan duduk di depanku.

"Mengapa tidak makan duluan? Kau pasti sudah lapar.."

"Supnya masih panas.."

Aku melirik supku, asap yang semula mengepul, menjadi berkurang. Kuambil sendok di sebelahku, dan mencicipi supku.

"Itadakimasu.."

Hm.. cukup enak..
kuambil kue beras yang menjadi isian sup itu dan menggigitnya. Aku melirik Ame yang mengambil kroket dengan sumpitnya.

"Ini enak loh, kau harus mencobanya. Aku pesan ke Tsubomi untuk mengganti isi kroket dengan keju."

Ame mengarahkan kroket itu di depan mulutku.

"Aaaa..."

Aku menggigit kroket itu. Ow, keju mozzarella ternyata. Keju itu memanjang hingga aku harus menadahi mulutku dengan tanganku. Ame tertawa melihatku yang agak kesusahan memakan kroket isi keju mozzarella yang memanjang.

"Aku pegang sendiri saja kroketnya."

Aku mengambil kroket bekas gigitanku dari sumpit Ame. Dan melanjutkan melahap kroket itu sampai habis.

Man in Kabuki MaskTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang