17

366 41 1
                                    

06.30 am

"Omurice, Ame..." aku berjalan sambil membawa dua piring berisi omurice untukku dan Ame.

"Arigato, Hana.."

Ame mengambil sendoknya, dan memasukkan suapan pertama ke dalam mulutnya. Mata Ame sediki terbelalak, ia langsung melahap omurice buatanku dengan lahap. Aku tersenyum dan mengelus kepala Ame lembut.

"Jangan terburu-buru, Ame.. nanti kau tersedak.."

Ame memelankan kunyahannya, dan memasukkan suapan ke dua.

TOK! TOK!

Baru juga mau makan, sudah ada yang bertamu pagi-pagi..
Aku beranjak dari kursiku, dan menuju pintu.

"Hideki.. ohayo.."

"Ohayo, Hana.. aku hanya ingin memberikan bunga untukmu untuk mengawali pagimu.."

Hideki memberikanku bunga mawar berwarna merah, kuterima bunga itu dan tersenyum.

"Arigato, Hideki.. mau ikut sarapan bersama?"

"Iie, arigato.. aku sudah sarapan.. aku juga ingin mengantarmu ke stasiun."

"Oh, tapi aku sudah diantar seseorang.."

"Siapa?"

Hideki melirik sepasang sepatu fantofel pria di sebelah high heelsku.

"Pria?"

Aku mengangguk.

"Dia temanku."

"Sedang apa dia di rumahmu?"

Aku menoleh ke Ame yang sedang menyesap matcha lattenya.

"Sarapan di rumahku.."

Aku tersenyum. Jantungku berdegup kencang melihat Ame yang sedang menyesap minumannya dengan gaya eksklusifnya.

"Ka-kau mengundangnya sarapan di rumahmu?!"

"Ada masalah, Hideki? Dia memang setiap hari ke rumahku untuk sarapan bersamaku.."

"Ka-kau menyukainya?"

Aku tersenyum, tubuhku seketika menghangat.

"Aku nyaman dengannya.."

Tampak raut wajah kecewa dari Hideki. Ia menghela napas pelan dan memegang tengkuknya. Kunaikkan sebelah alisku, dan memegang pundaknya.

"Daijoubu desuka?"

"Daijoubu.."

Hideki tersenyum.

"Semoga harimu menyenangkan, Hana.. aku duluan.."

"Hati-hati, Hideki.."

Kulambaikan tanganku saat Hideki masuk ke mobilnya.

Aku kembali ke meja makanku dan menaruh buket bunga itu di sebelahku.

"Dari siapa?"

"Hideki, temanku.."

"Aku bisa membelikanmu bunga yang lebih indah dari itu.."

"Tidak perlu.. kau kemari dan sarapan bersamaku saja, sudah membuat pagiku cerah. Tidak perlu bunga, cukup kau saja.."

Aku tersenyum memperlihatkan gigi gingsulku.

"Su-sudahlah, Hana. Lihat, sarapanmu belum kau makan! Na-nanti kau terlambat!"

Aku melihat omuriceku yang belum tersentuh sendok sama sekali. Waktu sudah hampir pukul setengah 7, gawat! Aku bisa telat! Ame berdiri dari kursiku, ia menggeret kursi makan di sebelahku dan mengambil piringku.

Man in Kabuki MaskTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang