67. YOU PROMISE ME!

5.9K 274 28
                                    

SEBELUM BACA, ALANGKAH BAIKNYA VOTE TERLEBIH DAHULU!!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SEBELUM BACA, ALANGKAH BAIKNYA VOTE TERLEBIH DAHULU!!!

SUDAH?
OKE!

Typo dimana-mana :)

Happy Reading 💜💙💚💛

-----------------------------------------------------------


DOR! DOR!

Semua pandangan tertuju pada pintu yang terbuka tersebut. Andrean, Dana, Rafka dan Angga keluar dari dalam ruangan. Daffa tersenyum kecil dan menatap Nanda yang kini terlihat terkejut dengan kehadiran Andrean.

Angga dan Rafka membantu Melvin dkk yang masih melawan anggota Nanda yang masih menyerang mereka. Sedangkan Andrean dan Dana memilih untuk mengurus Nanda.

Mereka berempat kini telah mengangkat senjata mereka, sama-sama siap meluncurkan tembakannya.

Delia hanya bisa memejamkan matanya, rasa takut serta tubuhnya yang bergetar membuatnya merasa seolah-olah akan lenyap sebentar lagi.

Delia terkejut kala melihat Nanda yang sudah tersungkur di tanah. Rupanya King Twins yang melesatkan pelurunya dari arah belakang guna menyelamatkan Andrean agar tidak ikut terkena imbasnya. Delia tersenyum lebar, rasa senang menghampirinya. Ia selamat. Semuanya selamat.

"Cantik." Delia menatap sendu Daffa yang kini tengah berjongkok di depannya, dengan pisau yang sudang ia gunakan untuk memotong tali yang melilitnya. Air matanya semakin deras mengalir, menatap wajah penuh luka lebam milik Daffa.

"Sakit banget, hm?" tanya Daffa meniup pelan goresan di leher Delia. Ia yakin itu perih, sangat perih terlebih lagi bagi wanita seperti Delia.

"Buruan pergi, Daf. Ada yang dateng dari arah timur."

Daffa membantu Delia berdiri dan hendak menggendong Delia, namun sudah terlebih dulu dicegah.

"Jangan! Kita jalan aja. Biar bisa lari." ujar Delia yang mengerti situasi sekarang. Tidak ada kata lemah untuk saat ini, tidak boleh.

Daffa mengangguk dan menggenggam tangan Delia, keduanya betjalan dengan cepat pergi dari sana. Untungnya Daffa hafal jalan menuju mensionnya.

"Maaf." Daffa mengeratkan genggamannya, sekilas mengusap punggung tangan Delia.

"Bukan salah kak Daffa." balas Delia ikut mempercepat langkahnya seirama dengan langkah Daffa.

"Aku gak akan pergi ninggalin kamu, maaf buat kejadian hari ini. Kamu jadi luka, aku salah." Daffa mengangkat tangan Delia dan memberi kecupan bertubi-tubi disana, membuat hari Delia semakin hangat.

"Gapapa, ini gak sebanding sama luka kak Daf-"

DOR! DOR!

Suara Delia tercekat di tenggorokannya. Matanya membulat mendengar dua suara tembakan yang begitu keras.

Daffa's Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang