Melupakan bukan berarti tak terluka
LANGKAH pelan Sasya menyusuri koridor yang masih sepi pagi ini. Dengan sweater merah muda juga surai yang biasa tertata rapi kini diurai acak acakan untuk menutupi wajah pucatnya.
Gadis itu menyingkirkan rambut rambut yang mengalangi wajahnya lalu dengan cepat ia masuk ke dalam kelas. Bertuliskan 12 IPS 2
Memaksakan senyumnya. Saat meletakkan kotak makan hitam yang telah terisi roti untuk sarapan pacarnya pagi ini.
Lalu membersihkan sampah sampah yang bertebaran di bangkunya. Sembari memeriksa laci takut takut ada barang lelaki itu yang tertinggal.
Layaknya rutinitas. Sasya tak pernah absen untuk datang membersihkan meja Zayn juga memberikan sarapan yang tak pernah tersentuh sedikit pun.
Sasya menghembuskan nafas lelah. Saat rasa pening itu kembali menyerang kepalanya. Ia bertumpu pada meja. Menundukkan wajahnya.
Memang setelah kehujanan kemarin. Kepalanya seakan di bogem ribuan orang. Bahkan ia sempat demam semalaman. Tapi itu rahasia.
Ia tak ingin merepotkan ayahnya dan ibu tirinya jika tau ia di dera sakit. Selain itu juga. Semalaman suntuk ia menangis melampiaskan semua rasa yang meledak ledak di dadanya.
Tentang rasanya ditinggalkan. Sasya tak marah pada Zayn. Apalagi pada Mauren. Mungkin kemarin keduanya tak sengaja berpapasan di tengah hujan lalu pulang bersama. Pikirnya berusaha sepositif mungkin.
Padahal nyatanya ada api yang terbakar di dadanya.
Munafik jika ia tak cemburu. Tapi ia juga tak ingin egois. Dengan bersikap diam seperti biasanya. Memendam rasa sakit sendirian.
Brak
"Eh Sya!"
Gadis itu menoleh kearah suara lalu tersenyum manis.
"Gio, tumben dateng pagi"
Gio tertawa kecil berjalan kearah mejanya lalu menyimpan ransel hitamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PATHETIC SERIES
أدب المراهقينZayn Mahesa itu brengsek. Siapapun tau jika Zayn si ketua PASUKAN 08 itu adalah brandalan licik yang akan menghalalkan segala cara untuk menghancurkan musuhnya. SMANJAYA Adalah tempatnya bertemu dengan Allesasya Lilyanne gadis periang, cerewet dan...