*Tulisan miring adalah flashback
---------
Sejak memilih pergi 4 tahun yang lalu. Sasya memang sudah bertekad untuk melupakan semua luka di kota lama. Dan mulai lembaran baru di tempat ini.
Walaupun luka irisan tangan itu masih membekas beserta kenangannya. Namun Sasya berusaha untuk menguburnya. Tak ingin terus terbelenggu masa lalu yang tak ada habisnya.
"Kamu yang tanam bunga mawar putih ya?" Sasya terhenyak. Ia sedang menyuapi Zoya sarapan pagi ini dikamarnya.
"Iya bu..." jawab Sasya canggung. "Ibu kurang suka ya?" Zoya menggeleng.
"Saya suka" Ujarnya menatap kearah jendela dimana bunga mawar putih itu mekar dengan indah.
"Sasya kira ibu gak suka"
"Saya suka kok, justru mawar putih itu salah satu bunga kesukaan saya"
"Oh ya?"
"Iya, bunga itu cukup membekas di memori saya. Selain karena warnanya, dulu mantan suami saya pernah memberikkan bunga tersebut di malam pernikahan kita" Sasya tersenyum kecil.
"Memang setau Sasya, bunga mawar putih melambangkan kesetiaan dan cinta sejati. Itulah kenapa Sasya menyukainya" Gadis itu menyuapi Zoya dengan telaten sesekali memberikan Zoya minum.
"Kesetiaan ya? Sasya... Dulu saya percaya tentang makna itu. Tapi setelah perceraian saya dengan mantan suami saya 4 tahun lalu. Semuanya berubah" Sasya mengangkat wajahnya.
"Bunga mawar putih bukan hanya bermakna kesetiaan tapi juga bermakna duka juga kepergian. Dan itu yang saya rasakan"
______
"Den...."
Pagi pagi sekali Zayn sudah di sapa oleh Bi Yati di dapur yang kebetulan baru saja meletakkan hidangan sarapan ah lebih tepatnya cemilan ringan diatas meja. Zayn berjalan menghampiri sambil mencari keberadaan sang ibu.
"Mama jam segini belum bangun Bi?" Tanya Zayn mengedarkan atensinya kearah kamar sang ibu.
"Ah biasanya jam segini ibu sarapan di kamar den sama perawatnya"
"Perawat?" tanya Zayn heran.
"Iya Den. Orang yang jagain ibu selama ini" balas Bi Yati mencuci piring. Zayn mengerutkan dahi.
"Kok mama gak pernah cerita?"
"Mungkin lupa Den" Zayn menghela nafasnya pelan. Ia pun melirik pada makanan diatas meja.
"Ini martabak ya Bi?" tanya Zayn kala melihat kue berwarna hijau dilipat rapi dengan lelehan mendega diatasnya.
"Iya den, martabak jagung. Katanya itu makanan kesukaan den Zayn"Zayn tersenyum canggung mengambil satu potong martabak tersebut.
"Bikinan Bibi?" Bi Yati yang tengah membereskan piring membalikkan tubuhnya.
"Bukan den. Itu buatan non Sasya"
Kunyahan Zayn pada martabaknya terhenti bersamaan dengan degup jantungnya. Ia menatap Bi Yati dengan penuh rasa ragu.
"Siapa bi?"
"Non Sasya. Perawat ibu"
Zayn terdiam.
"Zayn kamu udah makan?"
Tanya Sasya dengan cerianya membawa kotak bekal ke rooftop lantai 4. Zayn tengah sibuk dengan rokoknya seketika menoleh mendapati gadis itu tersenyum riang lalu mendudukkan dirinya disamping sang kekasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
PATHETIC SERIES
Fiksi RemajaZayn Mahesa itu brengsek. Siapapun tau jika Zayn si ketua PASUKAN 08 itu adalah brandalan licik yang akan menghalalkan segala cara untuk menghancurkan musuhnya. SMANJAYA Adalah tempatnya bertemu dengan Allesasya Lilyanne gadis periang, cerewet dan...