Aku merasa diriku sempurna. Tapi baginya,aku bukan apa-apa
SASYA mengerjap saat merasakan pening yang luar biasa pada kepalanya. Gadis itu menatap asing langit-langit putih itu lalu kembali meringis saat rasa sakit itu kembali menyerang.
Kini disertai cairan dingin yang mengalir di hidungnya. Netranya menjelajah saat tau ia tengah berada di kamar rumah sakit.
"SASYA!" ketiga sahabatnya memecah keheningan bersamaan dengan drkapan hangat penuh perhatian yang seketika membuat senyum Sasya terukir
"Sya apa yang sakit?! Ngomong sama Gue!"Ucap Luna dengan genggaman erat ditangan sahabatnya itu.
"Iya Sya lo pengen apa? Biar gue beliin ya?"Kata Chava dengan lembutnya.
"Sasya jangan sakit!"
"Jangan bikin kita khawatir Sya"
Sedangkan Shea hanya terdiam dengan air mata di pelupuk matanya. Relung hatinya penuh dengan rasa bersalah sekarang.
"She..."panggil Sasya lembut. Meraih tangan sahabatnya yang kini menunduk.
"Maaf Sya... "Katanya bergetar. Sasya menggeleng lalu mendekap Shea erat, mengelus pundaknya memberi keyakinan.
"Harusnya saat gue tau lo pingsan di balkon waktu itu. Gue gak maksa lo biar ikut cheers lagi"
Ucapnya Sesal. Dan Sasya hanya bisa menggeleng perlahan.
"Engga She, ini murni keinginan gue sendiri. Lagian gue juga gatau kalo sakitnya bakal kambuh pas diatas tadi"Benar,pening dikepalanya selalu datang tanpa sebab yang jelas. Bahkan ada kalanya terasa sangat sakit dan menyiksanya. Seperti kejadian tadi.
Membuat mata Sasya seketika memberat lalu kehilangan kesadarannya saat itu juga.
Ia tak mengerti apa yang terjadi, namun ia hanya bisa berharap semoga tak ada yang serius dari sakitnya ini.
"Tapi gue tetep ngerasa bersalah Sya. Lo gausah ikut Cheer's lagi ya? Biar nanti urusan Center biar sama yang lain dulu. Gue takut lo kenapa napa"Katanya khawatir.
"Lo ngusir gue dari Cheers?" Kini Shea jadi menatap tak enak.
"Buk-bukan gi—
"Iya gue ngerti kok. Makasi ya buat perhatiannya" Sasya menghembuskan nafas pelan, "Tapi gue bakal tetep bertanggung jawab sama posisi gue. Gue bakal tetep jadi Center" Telaknya.
Shea hanya bisa diam. Sedangkan Luna dan Chava ikut menatap Sasya simpati.
"Emangnya lo yakin bakal kuat Sya? "
"Luna, Gue gak selemah apa yang lo kira! Jadi tenang aja ya? Kejadian tadi mungkin karena gue kecapean. Plis jangan natap gue kasihan"
Ketiganya mengangguk patuh. Jika Sasya tak bisa mengikuti ketiganya. Maka biar ketiganya yang menjaga Sasya. Pikir mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
PATHETIC SERIES
Ficção AdolescenteZayn Mahesa itu brengsek. Siapapun tau jika Zayn si ketua PASUKAN 08 itu adalah brandalan licik yang akan menghalalkan segala cara untuk menghancurkan musuhnya. SMANJAYA Adalah tempatnya bertemu dengan Allesasya Lilyanne gadis periang, cerewet dan...