Pathetic Series-68

40.9K 2K 389
                                    

"Tak ada yang mengerti rasa sakit,sebelum merasakannya sendiri"

"Tak ada yang mengerti rasa sakit,sebelum merasakannya sendiri"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


SASYA berjalan tak tentu arah.

Jemari jemari lentiknya terus membawa tas besar hitam penuh barang barangnya tanpa tujuan. Warna matanya yang legam kini semakin gelap bersama langit yang mulai kehilangan sinarnya tertutup awan.

Kemana ia harus pergi sekarang?

Kemana ia harus tinggal?

Ayahnya membencinya, semua orang ikut mencemoohnya. Sasya yang dulu dibanggakan kini tak lebih dari seoggok sampah tak berguna.

Ia harus apa?

Ia bahkan tak punya siapa siapa lagi.

Luna, Chava bahkan mungkin sahabatnya yang lain takkan mau menemani lagi gadis sampah sepertinya.

Hamil diluar nikah.

Diusir dari rumah.

Dihujat satu sekolah.

Kurang apalagi penderitaan Sasya?

Bahkan bundanya pergi sebulan yang lalu karena kecelakaan. Ia juga harus menanggung kebencian anak dari suami bundanya yang tak lain adalah mantan kekasihnya sendiri.

Kenapa semesta tak adil padanya?

"Kenapa tuhan jahat sama Sasya?!"tanyanya saat gerimis hujan mulai menyapa menciptakan rintikan hujan yang membasahi wajahnya.

"KENAPA TUHAN?!"Teriaknya penuh amarah.

"KENAPA TUHAN GAK BAWA SASYA PERGI SEKALIAN KETEMU BUNDA?!"

Gadis itu terisak lalu menjongkokknan dirinya di samping jala yang entah ada dimana. Menangis sekuatnya diguyur hujan.

Mengingat kenangan kenangan yang kini menyakitkan.

Gio, Shakka, dan Zayn.

Bersama hujan Sasya pernah memiliki sebuah memori dengan mereka.

Bahkan Zayn pernah memberinya kenangan paling indah saat hujan turun. Kenangan bersama sahabat sahabatnya. Luna,Shea dan Chavakini hanyalah sebuah cerita lama.

Mereka takkan pernah menerima Sasya lagi.

Sasya lantas bangkit. Langkah gontainya terus berjalan menyusuri jalanan raya mencari tujuan terakhirnya.

Tujuan yang akan mengantarkannya pada kebahagiaan sesungguhnya.

TPU KENANGA ASIH







Netranya menatap sendu kearah satu eorsatu batu nisan yang ada disana. Langkahnya ikut menyusuri gundukan tanah dengan bunga bunga yang layu itu mencari nama yang yang ia rindukan.

JISSA ANASTASYA

1980-20XX

PATHETIC SERIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang