[Seri 2 | Nuraga / Book2*]
"Kita pergi sekarang!" pekik lelaki itu.
Aiyla mengangguk tanpa ragu. Ia rasa, bersama lelaki ini akan jauh lebih aman daripada bersama keluarganya sendiri.
-
Harap yang tercipta akibat diselamatkan dan juga diberi kehidu...
Meskipunsudahtamat, TETAPbiasakan VOTE sebelumbaca, ya. Janganlupakomennya❤
Adabaiknya, followakun authornya setelah baca^^
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tanpa mengindahkan jalan yang akan ia pijak berkerikil atau tidak, kaki tanpa alas milik seorang perempuan berusia dua puluh dua tahun itu terus saja berlari sekuat tenaga.
Pakaian yang sudah compang-camping di berbagai bagian berusaha ia pertahankan. Terutama di bagian-bagian pentingnya. Sesekali kepalanya menoleh ke belakang, dan kakinya mulai dipercepat untuk kembali berlari lebih kuat ketika melihat pria sialan yang mengejarnya sejak beberapa menit lalu tampak berada dalam jarak yang dekat dengannya.
"Ssshh ...." Bukan lagi karena jalanan yang ia jejak, melainkan ada sesuatu yang terasa sakit di salah satu bagian tubuhnya. Semakin ia menggerakkan kakinya, semakin rasa sakit itu mulai mendominasi tubuhnya.
Tetapi demi apa pun, ia tak sudi jika harus menyerahkan diri. Terlalu memalukan untuk diungkap, terlalu menyakitkan untuk dipendam sendirian.
Aiyla, perempuan itu tak ingin menyerah begitu saja. Terlebih kepada pria yang tak lain adalah ayah tirinya. Terkadang takdir harus diubah manusia itu sendiri. Tak mungkin ia harus terlalu lama berdiam diri di dalam kenestapaan. Meratapi, menghadapi semuanya sendiri. Ia tak boleh lemah. Akan tetapi, bagaimana harinya akan berubah jika semuanya serasa telah berakhir?
"BERHENTI, SIALAN!"
Aiyla menoleh singkat sambil terus berlari. Mendadak kota Ankara seolah senyap. Malam dengan langit pekat, menyembunyikan bulan dan bintang. Menambah rasa takut Aiyla semakin penuh di dalam rongga dada. Air mata yang entah ke berapa kali luruh hari ini tak lagi bisa dielakkan.
Ia menjerit dalam hati. Meratapi nasibnya yang seburuk ini.
Tak lagi kuat menopang tubuhnya, kedua lututnya serasa bergetar. Mendadak ia kehilangan keseimbangan hingga tubuhnya tersungkur cukup keras. Matanya terpejam erat, membayangkan bagaimana jadinya jika ayah tirinya berhasil menangkap Aiyla.
Aiyla mendengar langkah kaki yang berlari ke arahnya entah dari mana. "Tolong aku," lirihnya menggunakan Bahasa Turkinya ketika orang tersebut membantunya untuk berdiri. Ketika dengan samar matanya menangkap wajah orang yang ternyata seorang lelaki berwajah Asia membuatnya memejamkan mata dan dengan segera meralat ucapannya, "Sir. Couldyou... pleasehelpme?"
"Kau kenapa?" balas lelaki itu menggunakan Bahasa Inggris yang Aiyla pahami dengan jelas.
"Seseorang mengejarku. Aku ... aku kehabisan tenaga untuk berlari. To ... long aku. Kumohon." Aiyla menatap lelaki bernetra cokelat itu dengan memelas. Berharap orang dari negara asing ini bersedia menyelamatkan nyawanya.
Lelaki itu memperhatikan sekitar sebelum akhirnya melepas mantelnya dan memakaikannya ke tubuh Aiyla yang terasa bergetar hebat.
"Kita pergi sekarang!" pekik lelaki itu.
Aiyla mengangguk tanpa ragu. Ia rasa, bersama lelaki ini akan jauh lebih aman daripada bersama keluarganya sendiri.
Dan saat itu pula tubuhnya melayang, diangkat lelaki itu dan dibawa pergi entah ke mana. Yang jelas, saat ini ia berharap tak lagi ada kecewa dan kesedihan yang ia rasa.