08 - Seorang Ibu

422 41 5
                                    

Rumah ini akan jauh lebih tepat jika disebut kapal pecah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rumah ini akan jauh lebih tepat jika disebut kapal pecah. Bagaimana tidak? Meja, kursi dan lemari tampak berdebu. Tumpukan majalah fashion beserta surat kabar lama sepertinya sudah bertahun-tahun diletakkan di atas meja, sehingga jika saja benda itu diangkat akan meninggalkan bekas berbentuk persegi yang bersih di permukaan meja.

Ini baru ruang tamu. Bagaimana dengan ruangan yang lainnya? Aiyla berjalan pincang, melewati ruang tamu hendak melihat ruangan lain.

Shahinaz sedang pergi, katanya akan memanggil seseorang yang akan membersihkan rumah sederhana ini agar jauh lebih terlihat seperti rumah sungguhan.

Sepertinya rumah ini sudah lama ditinggalkan. Jika saja itu tidak benar, maka keadaannya tidak akan seburuk ini.

Aiyla khawatir jika debu-debu di lantai yang akan mengepul jika terinjak itu justru bersarang di perban yang melilit telapak kaki kirinya. Membuat lukanya semakin parah nantinya.

Keadaan rumah memaksanya untuk terus berjalan-jalan. Ingin duduk, banyak debu. Berjalan ke sana-kemari pun ada lebih banyak lagi debu.

Cukup lama menunggu di ruang makan, Aiyla menegakkan tubuhnya saat mendengar suara salam yang biasa ia dengar sering diucapkan para umat Muslim ketika bertemu seseorang atau mengunjungi suatu rumah.

"Aiyla!" panggil Shahinaz di ruang tamu.

"Aku di ruang makan!" sahut Aiyla.

Tak lama dari itu, Shahinaz datang bersama beberapa orang yang tampaknya sudah siap bertempur dengan semua kotoran. "Mereka akan membersihkan rumah ini. Selagi menunggu, bagaimana jika kita tunggu di luar?"

Aiyla mengangguk. Saat berjalan, Shahinaz memapahnya agar lebih mudah berjalan.

***

Sementara itu, di flat Aiyla, Vural mengacak rambutnya frustrasi. Mendapati kabar bahwa Aiyla kabur membuatnya ketakutan.

Bukan karena akan dibombardir omelan oleh putri tirinya, melainkan orang-orang itu akan datang setiap hari untuk menagih hutang.

Gulya yang duduk di tepian ranjang mengerutkan dahi karena yang sejak tadi dirinya dapati hanyalah desahan putus asa dan juga kegelisahan dari suaminya.

"Sebenarnya apa yang terjadi?" tanyanya. "Mengapa kau gelisah malam-malam begini?"

Vural mendongak. "Anakmu kabur. Sialan!"

"Aiyla?" Gulya berdiri. "Memangnya apa yang kau lakukan padanya? Mengapa dia kabur?"

"Putrimu benar-benar tidak berguna!" maki Vural tak tahu malu. "Bukannya menolongku, dia justru melarikan diri. Aku kalah lagi, sementara mereka menginginkan tubuh putrimu. Sialnya dia justru melarikan diri di saat aku sudah mendapat ketenangan karena berpikir jika mereka tidak akan mengejarku lagi."

UNWORTHY [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang