21 - Berbeda

375 35 1
                                    

"Kamu mau sampai kapan jadi laki-laki dingin seperti ini? Kasihan anak orang lain kejar-kejar kamu, tapi kamunya selalu ketus, dingin, tidak peduli pada mereka,"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu mau sampai kapan jadi laki-laki dingin seperti ini? Kasihan anak orang lain kejar-kejar kamu, tapi kamunya selalu ketus, dingin, tidak peduli pada mereka,"

"Kalau hal-hal seperti itu terus berlanjut, kapan kamu mau menikahnya? Dua puluh tujuh tahun itu sudah merupakan usia matang untuk menikah, kamu tampan, pekerjaan kamu bagus, penghasilan kamu juga besar. Yang kamu butuhkan itu hanya satu: pendamping."

Daffa membuang napas panjang-panjang, tatapannya tertuju begitu jauh ke luar jendela tanpa benar-benar tahu apa yang sedang dirinya perhatikan. Ucapan Tari pagi tadi membuatnya berulang kali menilai dirinya sendiri. Tentang apa yang salah dalam dirinya selama ini.

Begitu banyak yang mendekatinya, akan tetapi mereka selalu saja membuatnya tak nyaman. Daffa hanya tidak menemukan seseorang yang mampu membuatnya nyaman dalam berbagai hal saat bersama seorang perempuan. Entah dalam perbincangan, ataupun hal-hal yang lainnya.

Selama ini Daffa terlalu datar, tanpa pernah merasakan debaran hangat saat bertemu atau bahkan berdekatan dengan seorang perempuan seperti yang sering teman-temannya rasakan. Mungkin karena sejak masa pendidikannya Daffa terlalu serius belajar, sampai-sampai tidak terpikirkan olehnya untuk membagi atensinya kepada perempuan.

Namun, satu hal yang sampai saat ini masih menjadi pertanyaannya adalah: mengapa 50% kebiasaannya menghilang ketika dirinya menghadapi Aiyla. Daffa yang dingin justru berubah menjadi sosok yang hangat. Itu pun dirasakan langsung olehnya sendiri.

Aiyla seolah berhasil membuatnya merasa nyaman untuk melakukan apa pun. Berbicara dengan leluasa, bertindak sebagaimana mestinya seorang pria yang menjaga perempuannya.

Daffa bahkan tidak pernah peduli pada perempuan jika itu tidak terlalu darurat. Namun kepada Aiyla, bahkan Daffa sudah memberikan segalanya. Terlepas dari perkara hal-hal bersifat materiel, Daffa telah memberikan senyum dan tawa yang jarang sekali ia bagi kepada lawan jenisnya. Daffa bersedia menjaga dan memastikan Aiyla aman dalam pengawasannya.

"Duarrr!"

Daffa terkesiap dan langsung memutar tubuhnya. "Apa ayah, bunda dan Abang pernah mengajari kamu untuk bersikap tidak sopan seperti ini?"

Kayla menunduk, merasa bersalah. "Nggak, Bang."

"Jangan diulangi." Daffa merangkul bahu Kayla, mengajaknya sama-sama berdiri di depan jendela tembus pandang yang tertutup.

UNWORTHY [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang