16 - Haruskah Kehilangan?

397 36 4
                                    

Hi! Gimana lebaran kalian?

Aiyla dibuat bingung karena Daffa membawanya ke rumah yang pernah ia sambangi beberapa malam lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aiyla dibuat bingung karena Daffa membawanya ke rumah yang pernah ia sambangi beberapa malam lalu. Yang lebih membingungkan adalah Daffa tampak begitu leluasa saat masuk ke dalam rumah sederhana berlantai kayu itu. Seolah rumah itu adalah miliknya, padahal setahu Aiyla ini merupakan milik Shahinaz.

Celana jeans berwarna hitam dipadukan dengan atasan tanpa lengan disertai mantel tebal yang selaras itu sudah sejak dua jam yang lalu membalut tubuhnya. Kaki beralaskan ankle boots berwarna hitam miliknya terus melangkah mengikuti Daffa yang berada di hadapannya.

"Mengapa kau mendapat akses masuk kemari?"

Pertanyaan itu yang sejak tadi ingin Aiyla sampaikan, akan tetapi baru kali ini dirinya berani menyampaikannya. Daffa tampak menoleh ke belakang, menghentikan langkahnya sebelum memutar tubuh menghadapnya.

"Di mana Shahinaz?" lanjut Aiyla.

"Dia sedang berada di rumah sakit, Gani pun di kantornya."

Aiyla mengangguk. "Lalu?"

"Tapi kuharap setelah tahu alasan mengapa aku membawamu kemari, kau tidak membantah atau bahkan menolaknya." Daffa mengajukan syaratnya.

"Memangnya—"

"Berjanji padaku."

"Kau ingin berbuat macam-macam—"

"Berjanji padaku." Daffa mengulang kembali ucapannya.

"Baiklah!" Aiyla membuang napasnya menyerah. "Aku berjanji."

Daffa meminta Aiyla untuk duduk di salah satu sofa, kemudian ia sendiri menyusul dengan mengambil duduk di hadapan perempuan itu. "Sejauh yang kau tahu, ini merupakan rumah milik Shahinaz. Benar?"

"Ya."

"Mulai saat ini, rumah ini adalah rumahmu," Daffa menjeda. "Aku telah membelinya."

"Apa?!" Aiyla yang terkejut sekaligus tak terima langsung berdiri. Namun, beberapa saat kemudian ia kembali duduk. Ia tertawa. "Apa kau sudah kehilangan akalmu? Kau baru mengenalku selama dua malam. Dan kau sudah mempercayakan sebuah rumah padaku?"

Daffa sudah menduganya. Lagi pula, manusia mana yang mau memberikan rumah pada orang asing seperti ini? Sepertinya memang benar bahwa dirinya sudah kehilangan akal sehatnya. "Besok fajar aku akan segera pergi. Bertepatan dengan itu, kau pun pastinya harus ikut pergi dari hotel itu. Lantas, ke mana kau akan pergi setelahnya? Menjadi seorang tunawisma? Tidak. Setidaknya kau akan aman di sini. Untuk menghidupi dirimu ke depannya, aku sudah berkompromi dengan Gani untuk mengajakmu bekerja di perusahaannya."

Air muka Aiyla berubah sedih. Bukan karena semua penuturan Daffa. Melainkan karena mengetahui bahwa Daffa akan pergi dan hilang dari hidupnya.

Saat kegelapan nyaris membuatnya tiada, Daffa hadir sebagai penerang dalam hidupnya. Saat keputusasaan menerpa, Daffa hadir membawa sebuah harapan baru dalam dirinya. Kesejukan yang Daffa berikan melalui tindakannya berhasil mengubah keringnya jalan kehidupan yang Aiyla pijaki. Lantas, jika beberapa hari yang singkat ini Daffa telah berperan penting dalam hidupnya, ke mana dan bagaimana cara Aiyla melewati hari selanjutnya?

UNWORTHY [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang