[Seri 2 | Nuraga / Book2*]
"Kita pergi sekarang!" pekik lelaki itu.
Aiyla mengangguk tanpa ragu. Ia rasa, bersama lelaki ini akan jauh lebih aman daripada bersama keluarganya sendiri.
-
Harap yang tercipta akibat diselamatkan dan juga diberi kehidu...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Januarmembanting sebuah vas bunga ke cermin, membuat pecahan kacanya menyembur ke mana-mana. Keenan yang berada di ruangan yang sama hanya bisa diam di tempatnya, menyaksikan kemarahan sang kakak.
Sebelumnya, Keenan memang sudah memalsukan data. Semua petugas akan melihat namanya terdaftar dengan tujuan yang berbeda, padahal ia pun sama-sama kembali ke Jakarta bersama Januar. Dengan kegesitan sang kakak, mereka berhasil melewati pemeriksaan yang sangat ketat itu. Jangan lupakan bagaimana Keenan berusaha tenang saat melihat banyak sekali keamanan dan polisi di bandara yang memeriksa semua orang.
"Lagi-lagi kita gagal!" pekik Januar, dipandanginya keadaan ruang temaram yang sudah berantakan akibat ulahnya itu dengan mata dialiri amarah yang berkorbar. "Terbuat dari apa, sih, tubuhnya sampai-sampai dua tusukan tidak membuatnya tiada?"
"Kakak hanya membunuh janin tidak berdosa itu," gumam Keenan, merasa bersalah. "Tapi identitas kita sudah terbongkar, jika sewaktu-waktu Aiyla sadar ... maka semua orang termasuk polisi akan segera tahu. Pemberitaan akibat aksimu juga sekarang semakin tersebar luas ke seluruh penjuru Nusantara, polisi pasti mudah menemukan kita."
"Diam, Bodoh!" hardik Januar seraya melempar botol kaca pada tubuh Keenan. "Biarkan Kakak berpikir."
"Tidak ada yang bisa dilakukan lagi, sudahlah. Setelah kuperiksa, semua keluarga Daffa dan teman-temannya sangat ekstra menjaga ruang rawat perempuan itu."
"Kamu pikir kakakmu ini bodoh?" Januar berdecak. "Masih ada jalan belakang. Aku harus segera melenyapkannya sebelum dia sadarkan diri."
"Jangan gegabah, Kakak hanya akan tertangkap jika datang ke sana."