17 - Memberi Sepenuh Hati

395 39 4
                                    

Berulang kali pintu diketuk, akan tetapi orang di dalam ruangan tampaknya tidak membiarkan seorang pun menemuinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Berulang kali pintu diketuk, akan tetapi orang di dalam ruangan tampaknya tidak membiarkan seorang pun menemuinya.

"Merhaba!"

Ozan menoleh, mendapati seorang wanita keluar dari pintu yang lain. Ia sering melihatnya setiap kali mengantar pulang Aiyla. Namun, tidak begitu mengenalnya. "Merhaba."

Emine, wanita itu melambaikan tangan. Meminta Ozan untuk menghampiri dan masuk ke dalam flatnya.

"Kenapa, Bi?"

"Kau temannya Aiyla?" Emine balik bertanya seraya berbisik setelah mereka berada di dalam flatnya.

"Ah, ya. Sejak kemarin dia tidak masuk, Bibi tahu dia ke mana? Apakah dia sakit?"

Mendadak raut wajah Emine berubah sendu. Masih diingatnya jeritan dan isak tangis Aiyla malam itu, dan saat ini semua itu kembali memenuhi indra pendengarannya. "Sangat disayangkan, dia sudah pergi,"

"Pergi?" beo Ozan tak mengerti. "Apa dia di kafe?"

Emine menggelengkan kepala, dirinya sendiri bahkan tidak tahu di mana Aiyla berakhir. Yang jelas Emine berharap Aiyla baik-baik saja di luar sana. "Pergi membangun kehidupan yang lebih layak. Dia tidak akan lagi kuliah, atau semacamnya. Dia pun tidak akan lagi menemuimu, menemuiku, atau orangtuanya. Ya ... itu akan lebih baik untuknya."

"Apa yang telah terjadi?"

Bagi Ozan, itu merupakan pertanyaan paling omong kosong. Dirinya sendiri tahu bahwa Aiyla diperlakukan begitu buruk di hari terakhir sebelum perempuan itu tidak lagi hadir. Seketika rasa bersalah meruak dalam dadanya. Ozan mengutuki kebodohannya yang justru mengikuti teman-teman kuliah untuk memojokkan Aiyla.

"Ayahnya begitu buruk, dia diperlakukan buruk di sini. Bahkan aku sendiri malu mengakui bahwa pria itu merupakan seorang manusia. Tabiatnya sudah seperti seorang hewan. Ck," Emine menahan geram. "Sebaiknya kau doakan saja dia. Semoga Tuhan melindunginya di mana pun dia berada saat ini."

Ozan mengangguk lemah. Ia pun memilih berpamitan dan pergi dari sana.

Penyesalan selalu saja datang di akhir kisah. Sialnya Ozan merasa bahwa hidupnya selalu saja dipenuhi rasa penyesalan. Lantas sekarang bagaimana memperbaiki segalanya di saat Aiyla sudah memilih untuk enyah dari hal-hal berbau masa lalu. Benar-benar bodoh.

***

Sudah bermenit-menit Daffa menunggu seraya bersandar di dinding dekat pintu kamar mandi, menyilangkan kedua lengan di depan dada seraya menatap lurus. Namun, ia hanya berdiri menunggu. Tak berniat mengganggu kegiatan Aiyla di dalam sana.

Tentu saja Daffa mendengar tangisan di dalam sana, hanya saja menurutnya dengan membiarkan Aiyla menangis akan membuat perempuan itu merasa lebih baik.

UNWORTHY [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang