50 - Orang Asing

450 38 27
                                    

Double up, ramein dong🔥

Kemungkinan cuma tinggal beberapa part lagi Unworthy tamat yaaa

BUGH ... BUGH ... BUGH ....

Berkali-kali pukulan itu Daffa layangkan pada sebuah replika lawan yang biasa ia pakai untuk latihan bela diri, meluapkan segala kekacauan dalam pikirannya pada benda mati yang akan berputar bagian tangannya ketika ia memukul salah satu bagiannya. Keringat bercucuran entah sejak kapan, membasahi kaus putih yang kini begitu melekat di tubuhnya. Decitan-decitan sepatunya terdengar menggema di dalam ruang luas berisi dirinya dan berbagai macam peralatan olahraga lainnya.

"Jangan membuatku semakin menginginkanmu. Aku tahu, kita tidak mungkin menyatu. Aku juga tidak bisa egois, kau telah memilih seseorang di luar sana. Seseorang yang lebih pantas, mungkin?"

"Jika kau terus berbuat baik dan selalu ingin melindungiku, aku akan semakin ketergantungan. Kau hanya menyiksaku."

"Kita ini apa, Daffa? Seorang teman? Kurasa bukan. Bahkan aku penasaran, bagaimana perasaanmu? Kau begitu peduli padaku, tetapi kau juga sudah memutuskan untuk menikahinya. Sudah cukup penderitaan ini, aku tidak ingin kembali mengalami kehilangan dan terluka lebih dalam lagi."

BUGH ... BUGH ....

Sekali lagi, Daffa menyerang replika tersebut tanpa peduli tangannya terluka atau tidak karena tidak memakai pelindung. Ucapan-ucapan Aiyla kemarin sore terus-menerus memenuhi rungunya. Serasa ada tangan besar yang sejak kemarin meremas erat hatinya, menciptakan rasa nyeri yang begitu kentara di dadanya.

"Aku mencintaimu. Aku mencintaimu, Aiyla!" pekik Daffa bersamaan dengan gerakan tangannya yang tak sedikit pun berhenti memukul.

Aiyla selalu sukses membuatnya kehilangan kendali. Membuatnya seolah lupa bagaimana cara menahan amarah, lupa bagaimana cara bersikap tenang dan masa bodoh. Padahal, dulu sekali bahkan di awal-awal mengenal perempuan itu Daffa masih bisa mengendalikan kemarahannya. Dan kali ini, perempuan itu sukses membuatnya seperti orang dungu yang tak tahu harus berbicara atau melakukan tindakan apa.

Tak jauh dari posisinya, Tari meremas tangan suaminya sembari nanar menatap putranya. "Perlu kita bicara?"

Akmal menggelengkan kepala seraya merengkuh tubuh mungil istrinya, membawanya menjauh dari ruangan tersebut. "Biarkan saja, Daffa perlu menyelesaikan masalah perasaannya sendiri."

"Tapi dia melukai dirinya sendiri, Mas."

"Sssttt ... Kita tidak bisa selalu ikut campur. Daffa akan bicara jika dia menginginkannya. Jika tidak, kita tidak perlu masuk ke dalam ruang lingkup privasinya."

UNWORTHY [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang