04 - Menyenangkan Hati

543 46 6
                                    

Selamat menunaikan ibadah puasa bagi kalian yang menjalankan

Setelah sarapan di restoran hotel, Adnan dan Daffa langsung saja kembali ke kamar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah sarapan di restoran hotel, Adnan dan Daffa langsung saja kembali ke kamar. Pasalnya, Adnan belum juga mau pulang ke rumah orangtuanya yang memang berada di Surabaya. Alasannya karena takut dicecari banyak kekhawatiran sebab melihat wajahnya yang masih penuh lebam.

Mau tak mau Daffa pun mengizinkan sohibnya untuk tinggal di kamarnya.

Lelaki berusia dua puluh tujuh tahun itu meraih ponsel dan duduk di tepian ranjang. Sementara Adnan? Daffa sama sekali tidak peduli apa yang sedang dilakukannya saat ini.

Daffa mengirim pesan kepada Kayla, memberi semangat karena setahunya hari ini adiknya itu akan menghadapi ujian di kampusnya.

"Libur bulan ini lo mau ke mana?" tanya Adnan tiba-tiba. "Katanya lo mau ngumpulin hari libur biar lumayan lama, ya?"

"Bertanya satu per satu. Jangan seperti perempuan." Daffa menyahut tanpa mengangkat pandangannya dari layar ponsel.

Adnan tertawa kecil. "Iya. Jadi, lo mau ke mana?"

"Saya nunggu Kayla selesai ujian dulu. Mungkin akan ke luar negeri?" jawab Daffa sedikit ragu. "Saya ikut keinginan Kayla saja maunya ke mana."

"Hm ... Abang yang baik."

"Itu harus." Daffa meletakkan ponsel di atas nakas, kemudian berdiri. "Jam terbang saya beberapa jam lagi. Kamu akan tinggal?"

Adnan menggaruk pelipisnya yang tak gatal. "Jam checkout-nya kapan?"

"Sekitar jam 2 siang nanti," Daffa menarik koper dan memasukkan beberapa barangnya ke dalam. "Kamu pergi nanti saja. Tapi, usahakan untuk pulang dan bertemu keluarga. Kamu terlalu lama tidak menemui mereka."

"Ah, beruntung banget, ya, gue?"

Dengan mengangkat salah satu alisnya, Daffa menatap Adnan. Firasatnya mendadak tak enak. Hingga akhirnya Adnan berbicara, "Gue menang dari sekian banyak cewek yang ngejar lo. Aw, Komandan Daffa perhatian banget sama gu—aduh!"

Adnan meringis kesakitan karena Daffa melemparnya dengan sepatu yang keras.

"Tidak waras!" ceplos Daffa sambil berlalu untuk menelepon pihak hotel. Tak kunjung lama, pintu diketuk seseorang. Langsung saja ia membukanya.

"Sudah selesai, Pak. Silakan."

Daffa mengambil tas khusus baju yang diangsurkan sang pekerja hotel. Tak lupa berterima kasih dan memberikan uang tip, Daffa pun kembali menutup pintu. Menggantung tas berisi seragam pilotnya yang baru saja selesai dicuci.

UNWORTHY [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang