02 - Untuk Keluarga

828 52 6
                                    

Jakarta, Indonesia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jakarta, Indonesia.

TIDAK ada yang paling dinantikan selain kepulangan sang putra sulung yang telah lama tidak kembali ke rumah karena tuntutan pekerjaan.

Sepasang suami-istri itu harap-harap cemas menunggu putra mereka di rumah. Sementara putri bungsunya sejak tadi merengek ingin menjemput abangnya di bandara. "Sayang—"

"Asalamualaikum!"

"Abang!" pekik Kayla Aina Nuraga—putri bungsu di keluarga kecil mereka. Ia langsung berlari ke arah pintu, menubruk tubuh kekar milik abangnya sampai-sampai koper yang dibawanya terjatuh ke lantai. "Huaaa kangen!"

Sementara itu, yang disebut-sebut sebagai abang oleh Kayla membalas pelukannya. Ia adalah Daffa Dareen Nuraga, putra sulung dari sepasang kekasih bernama Akmal Nuraga dan juga Ainayya Tari Fathiyyaturahma. Ia berprofesi sebagai Pilot, dan berusia dua puluh tujuh tahun. "Abang juga merindukan kamu," balasnya.

Melihat seragam masih membalut tubuh putranya, Tari pun menghampiri disusul Akmal. "Biarkan Abang ganti pakaian dulu."

Senyuman lebar terbit di bibir merah alami milik Daffa, tanpa berbasa-basi ia pun langsung saja menyalami kedua orangtuanya dan memeluk sang bunda yang sudah sangat ia rindukan. "Maaf karena sedikit terlambat. Ada masalah setelah landing. Co-Pilot kita, Adnan. Seseorang tiba-tiba saja menyerangnya."

Dahi Akmal berkerut. "Kenapa bisa?"

"Ada suatu masalah. Tidak terlalu serius. Tapi, sekarang sudah mereka selesaikan."

Tari mengusap sisi wajah Daffa cemas. "Tapi kamu baik-baik saja?"

Daffa mengangguk. "Bunda, yang diserang adalah Adnan. Bukan aku."

"Tapi kamu pasti membantu."

"Iya. Tapi aku baik-baik saja," jawab Daffa. "Jam terbangku minggu ini sudah mencapai batas, jadi aku pulang karena tidak bisa melakukan penerbangan lagi. Senin nanti aku akan kembali bertugas," ujar Daffa. "Sebenarnya tanggung, tapi mau bagaimana lagi. Aku sudah merindukan kalian."

Akmal mengangguk. "Jadi liburnya hanya dua hari saja?"

"Iya, Yah."

Tari membuang napas dalam. "Ya sudah, tidak apa. Kalau begitu kamu ganti pakaian lalu ke ruang makan. Bunda sudah memasak masakan kesukaan kamu, rendang khas buatan Bunda."

Seketika saja Daffa meneguk salivanya, merasa tergiur dengan penawaran sang bunda tercinta. Ia maju selangkah, kemudian mengecup pipinya. "Terima kasih, Bunda."

Setelahnya, ia pun mengambil koper, menggeretnya hingga ke kamar. Sadar diikuti seseorang, Daffa pun berbalik badan saat hendak menaiki tangga. "Kenapa mengikuti Abang?"

Perempuan bertubuh mungil itu mengembungkan kedua pipinya dengan kedua tangan yang sudah terlipat di depan dada. "Abang jahat banget!" cetusnya.

Daffa mengangkat sebelah alisnya bingung. "Jahat?"

UNWORTHY [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang