Yang belum vote di part kemarin, yuk vote dulu^^
Tatjana dibuat heran dengan tindak-tanduk Daffa belakangan ini. Padahal, setahunya selama ini Daffa tidak pernah mengutamakan orang lain di tengah kondisinya yang perlu diutamakan terlebih dahulu.
Seperti saat ini. Bahkan setelah dokter tidak memberikan izin, sahabat Adnan itu bersikukuh ingin pergi. Tatjana yang duduk di kursi penumpang bagian belakang berhenti memperhatikan Daffa yang duduk di samping kursi kemudi.
Bahkan saat ini jahitan di lengan lelaki itu belum mengering, pun masih dibebat perban. Tatjana heran sekaligus merasa penasaran terkait siapa yang akan Daffa temui malam-malam begini.
Tiba di bandar udara Soekarno-Hatta, mereka berdua keluar tak lupa membayar tagihan taksi. Tatjana dibuat mengernyit. "Mas,"
"Iya?" sahut Daffa sembari menempelkan ponsel ke telinga
"Sebenarnya ... siapa yang akan Mas temui malam-malam begini di bandara?" tanya Tatjana, memberanikan diri.
"Seseorang,"
"Perempuan?"
Saat itu pula Daffa langsung menoleh menatap Tatjana, hanya beberapa detik karena ia kembali mengedarkan pandangan.
Kebisuan Daffa entah mengapa membuat Tatjana sulit mendapat oksigen seketika. Melihat dari antusiasme Daffa untuk datang kemari saja Tatjana sudah bisa menyadari bahwa orang yang akan ditemuinya begitu penting dan spesial. Bahkan Daffa tak mau repot-repot mempedulikan keadaannya sendiri yang belum pulih pascaserangan.
Dan mengapa pula dirinya harus ikut serta alih-alih pulang ke apartemen Adnan? Tatjana tahu, seharusnya sejak awal dirinya tidak perlu menyetujui permintaan Adnan untuk menemani Daffa.
"Mas Daffa," panggil Tatjana sekali lagi ketika melihat Daffa mulai berbicara pada seseorang secara singkat sebelum orang itu kembali pergi. "Jana heran,"
"Heran kenapa?" tanya Daffa cepat, tungkainya mulai melangkah lebar memasuki area bandara lebih dalam lagi.
"Tidak heran, sih. Maksudnya ... sikap Mas aneh. Sebelumnya, Mas bahkan tidak pernah sememaksakan ini untuk menemui seseorang. Terlebih itu perempuan, dan semalam ini," Tatjana menggigit bibir bagian bawahnya karena Daffa tiba-tiba saja berhenti berjalan. "Jana ... hanya khawatir. Dokter sudah sangat menolak ketika Mas meminta izin untuk pulang malam ini."
Daffa mengangkat bahunya dan melanjutkan langkah. "Saya perlu memastikan sesuatu."
Di dalam hati kecil Tatjana, ia berharap Daffa akan berkata hal lain selain itu. Misalnya, mengatakan bahwa seseorang yang akan ditemuinya bukanlah orang berarti seperti yang ada di pikiran Tatjana beberapa saat lalu. Namun, nyatanya tidak.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNWORTHY [TAMAT]
Romantik[Seri 2 | Nuraga / Book2*] "Kita pergi sekarang!" pekik lelaki itu. Aiyla mengangguk tanpa ragu. Ia rasa, bersama lelaki ini akan jauh lebih aman daripada bersama keluarganya sendiri. - Harap yang tercipta akibat diselamatkan dan juga diberi kehidu...