Sudah bertahun-tahun Daffa bekerja di dunia penerbangan tanpa ada kendala separah ini. Meskipun beban tanggung jawab di pundaknya begitu besar, nyatanya Daffa tetap mampu mengudara dengan aman dan selamat. Namun, kali ini justru berbeda.
"Semua akan baik-baik saja, harap fokus, Capt," Co-pilot di sampingnya berusaha menyadarkan Daffa.
Daffa beristigfar dalam hati, berulang kali menyebut nama bundanya berharap itu bisa menjadi satu-satunya kekuatan dalam dirinya.
Saat melakukan pendaratan, demi memberi tahu Air Traffic Controller (ATC) dan para keamanan bandara, Daffa memberi isyarat dengan tetap mengayunkan flap yang berada di tepi belakang sayap pesawat. Terdengar suara seseorang berbicara dari aviation headset yang terpasang di telinganya saat itu pula, sehingga Daffa pun mulai mengatakan sebuah kode untuk memberi tahu bahwa situasinya sangat darurat.
Menitipkan semua barang dan tanggung jawab mengecek pesawat sehabis terbang kepada sang co-pilot saat pesawat telah mendarat dengan sempurna, Daffa buru-buru berlari ke dalam kabin di mana Aiyla berada. Sebelum bersiap mendarat tadi, ia dan para pramugari sudah sempat berusaha melakukan pertolongan pertama dengan menghentikan pendarahan di perutnya.
"Aiyla," panggilnya lirih seraya menggerakkan tungkainya yang terasa berat itu mendekati perempuan lemah yang terlihat jelas sekuat tenaga masih menjaga kesadarannya.
"Dia sudah kehilangan banyak darah, Capt."
Daffa melirik Dzikri yang juga ada di sana. "Kita bawa ke rumah sakit, kamu bawa barang-barangnya. Saya akan membawa Aiyla."
Dzikri mengangguk.
"Cepat periksa semua penumpang, terutama laki-laki!" titah Daffa sebelum kembali mengangkat tubuh lemah Aiyla, berlari melewati pintu pesawat yang sudah tersambung pada garbarata menuju boarding lounge di terminal bandara Soekarno-Hatta.
Beberapa otoritas bandara yang menangkap sinyal darurat dari sang pilot sudah menghampiri mereka. Sebagian ikut menemani Daffa, sementara yang lainnya bersiaga di pintu garbarata menuju pesawat untuk memeriksa setiap penumpang lebih awal.
"Taksi, ambulan!" teriak Daffa sepanjang langkahnya ketika selesai melewati garbarata. "Tolong sediakan taksi atau ambulan!"
Semua penumpang di dalam terminal menatapnya penuh tanya sekaligus ngeri. Bagaimana tidak jika mereka baru saja melihat pilot dengan seragam putih berlumuran darah bersama seorang wanita hamil.
"Apa yang terjadi, Capt?" Salah seorang keamanan yang lain baru saja menghampiri dengan khawatir.
"Percobaan pembunuhan. Tahan semua penumpangku! Periksa barang bawaan semua orang ...!" titah Daffa dengan tegas sambil berlalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNWORTHY [TAMAT]
Romance[Seri 2 | Nuraga / Book2*] "Kita pergi sekarang!" pekik lelaki itu. Aiyla mengangguk tanpa ragu. Ia rasa, bersama lelaki ini akan jauh lebih aman daripada bersama keluarganya sendiri. - Harap yang tercipta akibat diselamatkan dan juga diberi kehidu...