38 - Terinterupsi

305 29 24
                                    

Memiliki atasan seperti Dzikri benar-benar membuat Aiyla merasa beruntung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Memiliki atasan seperti Dzikri benar-benar membuat Aiyla merasa beruntung. Selain kecerdasan dalam membahas hal-hal terkait pekerjaan, Dzikri pun sesekali senang membahas hal-hal terkait agama Islam.

Dari segala hal yang dijelaskan Dzikri, Aiyla dibuat merasa bersalah karena terlalu banyak membuat Daffa melenceng dari jalannya.

Aiyla mengaduk lemon tea yang ia pesan dengan sedotan, sementara pikirannya masih melanglang buana memikirkan Daffa. Padahal, lelaki itu siang ini sedang duduk di hadapannya bersama Tari.

Pukul 10:00 WIB tadi, tiba-tiba saja Daffa mengirim pesan berisi ajakan untuk makan siang bersama dengan tak lupa mengirimkan lokasinya. Sehingga Aiyla pun saat jam makan siang langsung pergi ke restoran yang dimaksud Daffa. Dan secara mengejutkan, ternyata Tari pun ikut bersama mereka.

"Sayang."

Aiyla mendongak dan tersenyum canggung. "Kenapa, Bunda?"

"Kenapa kalian diam saja?" tanya Tari. "Kalian belum berbaikan?"

"Tidak." Daffa dan Aiyla menukar pandang ketika mereka menjawab secara bersamaan.

Tari tersenyum sarat makna. "Lalu kenapa diam saja?"

Aiyla kembali tersenyum seraya menyelipkan beberapa helai rambut ke belakang telinga.

"Sebenarnya, aku yang meminta Daffa untuk mengajak kau makan siang. Kita sering bertemu, tapi waktunya selalu tidak pas. Aku minta maaf atas nama Daffa untuk kejadian di dapur saat—"

"Tidak, Bunda. Jangan meminta maaf, bukan salah siapa-siapa. Mungkin benar, aku yang kurang hati-hati saat itu."

"Tapi Daffa seharusnya tidak membentakmu dengan berlebihan seperti itu."

Aiyla sedikit melirik Daffa seraya berujar, "Tidak apa-apa, Daffa sedang cemas saat itu."

Daffa berdeham. "Aku minta maaf, Aiyla."

"Asalamualaikum!"

Semua orang mendongak saat mendengar suara Kayla. Daffa dan Tari menjawab salam, sementara Aiyla hanya tersenyum melihat kehadirannya.

Kayla menyalami bunda dan abangnya sebelum menarik lengan Tari untuk berdiri. "Bunda. Temani aku ke kasir, yuk? Mau pesan makan, aku lapar."

"Tidak membawa uang?"

Kayla menyengir kuda. "Iya."

"Ya sudah, ayo."

Setelah mereka pergi, suasana berubah semakin canggung. Aiyla lebih memilih memakan pesanannya dalam diam sedikit demi sedikit.

Sudah berminggu-minggu lamanya sejak kejadian di mana penguntit itu melukai Aiyla. Mereka masih sering bertemu, hanya saja untuk membahas Tatjana. Itu pun selalu bersama Tatjana dan Adnan.

UNWORTHY [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang