Kembali dari kafe dengan tubuh yang terasa begitu lelah, Aiyla mengeratkan mantel tebalnya sembari terus menderap pulang.
Semenjak kejadian malam itu, Aiyla menjalankan harinya seorang diri ketika di kampus. Ozan seolah masih dilingkupi rasa bersalahnya sehingga menghindarinya.
Aiyla pun tak terlalu mengejarnya. Karena sejak awal pun Ozan yang akan selalu menghampirinya. Bukan egois, melainkan Aiyla tidak tahu pasti apa yang sebenarnya terjadi pada Ozan sehingga memilih untuk demikian. Yang jelas, Aiyla tahu bahwa ini merupakan keputusan yang tepat bagi Ozan dan dirinya.
Berjauhan akan menyamarkan perasaan yang dimiliki Ozan. Juga agar Aiyla sendiri tidak perlu repot-repot menahan diri agar tidak masuk ke dalam lubang yang telah Ozan masuki.
Tiba di area flatnya, baru saja Aiyla hendak menaiki undakan tangga seseorang sudah lebih dulu menarik lengannya dan mengempaskannya ke arah dinding dengan kasar. "Apa yang—Kalian lagi!" Aiyla menatap tiga pria yang dulu pernah menyakitinya, ketika dengan kebetulan Ozan menyelematkannya. "Apa lagi?"
Salah satu dari pria itu menyerahkan secarik kertas semacam surat perjanjian yang telah dibubuhi tanda tangan dua pihak. Aiyla dengan cepat mengambil alih dan membacanya.
Matanya membola sempurna. "Perjanjian macam apa yang kalian—Persetan kau!"
"Ayahmu kalah judi selama dua minggu berturut-turut. Bayangkan seberapa besar hutangnya pada kami?" Pria yang dulu menarik rambutnya berbicara dengan angkuh. "Sesuai perjanjian yang telah disetujui ayah sambungmu, kau adalah taruhannya."
"Jadi, Nona Roshan, mari ikut dengan kami." Yang lain menambahi.
"Tidak akan, Bajingan!" tolak Aiyla panik. Ia mendorong orang yang sedang menahan tubuhnya dan berniat naik ke flatnya. Namun, orang-orang itu dengan sigap menarik lengannya menjauh dari sana.
Aiyla meronta dan berteriak minta tolong. Namun, semua orang seolah betah di dalam tempat tinggalnya masing-masing. "Demi Tuhan aku tidak ingin ikut dengan kalian!" teriaknya seraya terus mencoba melepaskan diri.
Mereka memasukkannya ke dalam mobil tua berwarna hitam. Sepanjang jalan Aiyla mengutuki nasibnya yang harus berurusan dengan ayah tiri macam Vural Zafer.
Aiyla menggigit pipi bagian dalamnya, sementara matanya tak henti-henti mengamati jalan dan mengingatnya.
"Kita akan bersenang-senang bersamanya!" seru si pengemudi.
Dua pria lainnya tertawa begitu keras. "Tentu saja."
"Vural sialan itu beruntung karena memiliki putri yang luar biasa menggoda."
Pandangan Aiyla berubah nyalang menatap orang yang duduk di sampingnya. "Diam kau! Jangan berkata kotor tentangku!"
"Hey!" Si pengemudi kembali bersuara. "Bahkan setelah ini kita akan berbuat apa yang katamu kotor itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
UNWORTHY [TAMAT]
Romance[Seri 2 | Nuraga / Book2*] "Kita pergi sekarang!" pekik lelaki itu. Aiyla mengangguk tanpa ragu. Ia rasa, bersama lelaki ini akan jauh lebih aman daripada bersama keluarganya sendiri. - Harap yang tercipta akibat diselamatkan dan juga diberi kehidu...