36 - Terkena Imbas

330 31 18
                                    

Ruang temaram bermandikan cahaya dari beberapa lilin adalah tempat favoritnya selama ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ruang temaram bermandikan cahaya dari beberapa lilin adalah tempat favoritnya selama ini. Seorang lelaki bertubuh sedikit tegap, berpakaian serba hitam itu menari ditemani iringan elegi yang menyesakkan hati.

Kedua tangan berbalut sarung tangan hitam dengan bordiran merah bergambar harimau berada di bagian punggung tangannya itu menjepit sebuah potret seorang perempuan cantik dengan jemarinya. Kakinya terayun ke kanan dan ke kiri, mengikuti irama nyanyian yang lamban. Kendati seperti itu, pandangannya tak sedikit pun lepas dari potret cantik yang memikat hati.

"Kamu sudah menghancurkan hidupku," gumamnya. Isakannya terdengar memilukan, terlebih dirinya seorang lelaki. Namun, di detik selanjutnya lelaki itu terbahak. Mirip orang yang kewarasannya terpaksa direnggut oleh keadaan.

Ia berhenti bergerak, berdiri di depan sebuah cermin berukuran tinggi. Hoodie hitam dengan tiga garis merah di bagian dada, lelaki itu memperhatikan pantulan dirinya. Senyum miringnya tercipta, dengan gerakan kasar tangannya menghapus jejak air mata. Di detik selanjutnya, ia meraih bolpoin dan secarik kertas. Setelah menuliskan dua kalimat andalannya, ia meraih setangkai mawar layu kemudian memasukkannya ke dalam sebuah kotak yang sudah dilapisi kertas kado.

Diraihnya sebuah masker dan mengenakannya dengan benar. Lilin paling dekat ia ambil, menatapnya lekat sembari berujar, "Hidupmu seperti lilin ini, sekali kutiup, maka kau akan ...,"

Asap kecil membubung ketika lelaki itu meniup lilinnya. "selesai."

***

Mereka seolah terus saja berjalan di tempat. Merasa takut ketika ada ancaman, dan bersikap biasa saja jika pelakunya tidak beraksi.

Sepulang dari kantor, Aiyla langsung dijemput seorang sopir suruhan Daffa untuk datang ke rumahnya. Lagi, untuk mengurus masalah Tatjana. Bukan Daffa, melainkan Tatjana yang memintanya datang. Hanya saja Daffa yang mengakomodasikan. Pasalnya, beberapa saat lalu penguntit itu kembali mengirim pesan serupa ke apartemen Adnan.

Tepat ketika mobil yang ditumpanginya hendak berbelok memasuki pelataran rumah, Aiyla menyipitkan mata karena bertepatan dengan itu seorang lelaki dengan pakaian serba hitam keluar melewati pagar. Pergerakannya begitu mencurigakan. Terlebih ketika menyadari mobilnya berhenti, lelaki itu langsung menderap pergi.

Dengan gerakan gesit Aiyla melompat dari mobil, berlari menarik lengan lelaki misterius tersebut. "Kau siapa?"

Lelaki bermasker hitam itu menatap Aiyla nyalang, seolah ingin memberikan peringatan kepadanya. "Jangan ikut campur!"

Saat Aiyla mendekat, lelaki itu segera menjenggut rambut terurainya ke belakang. Menyeretnya menjauh dari sana dan mengunci pergerakan Aiyla dengan mengimpitnya pada sebuah benteng di samping rumah Daffa.

UNWORTHY [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang