28 - Perasaan

366 29 23
                                    

Ini yg vote pada ke mana?😂

"Jadi, kenapa kedatangan kalian begitu mendadak?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jadi, kenapa kedatangan kalian begitu mendadak?"

Semua orang yang ada di dalam mobil itu menoleh ke arah sumber suara, Daffa. Di bagian depan, duduk seorang sopir dan juga Gani. Sementara di bagian tengah, Daffa, Aiyla, dan Tatjana duduk bersama dengan Aiyla yang berada di tengah-tengah keduanya.

"Untuk urusan pekerjaan. Mulai sekarang dan sampai tiga bulan ke depan, Aiyla akan menjalani masa pelatihan untuk menduduki posisi yang lebih tinggi sekaligus membantu perusahaan di Jakarta," papar Gani di depan sana. "Aku pernah mengatakannya, 'kan? Ada masalah di sini, kulihat Aiyla akan mampu mengatasinya. Maka dari itu, aku akan melakukan promosi juga padanya."

"Semendadak itu sampai-sampai kalian mengajukan visa darurat?"

Aiyla terdiam, merasa canggung sejak pertama kali bertemu Daffa dan juga Tatjana. Jangan lupakan, sejak tadi Tatjana bergerak tak nyaman di sampingnya. Mungkin karena Aiyla mengambil posisi di samping Daffa? Aiyla tidak tahu.

Sejak awal Gani tidak mengatakan bahwa mereka akan dijemput oleh Daffa, bahkan dengan kondisi lelaki itu yang sepertinya belum baik-baik saja pascaserangan. Yang lebih mengejutkan dan sedikit menyentil hatinya, Daffa datang berdua bersama perempuan bernama Tatjana. Entah dirinya harus senang, atau sedih. Aiyla bingung. Sudah ia katakan jika hal ini yang dirinya takutkan, bukan?

"Aku yang egois," ujar Gani. "perusahaanku benar-benar membutuhkan Aiyla secepatnya. Aiyla pun sepertinya butuh udara baru secepatnya."

Aiyla mengulas senyum sebatas di sudut bibirnya.

"Tapi keadaan Aiyla—"

"Tidak apa-apa," sela Aiyla lembut. "aku baik-baik saja, Daffa. Justru kau yang seharusnya memperhatikan keadaanmu."

"Hm, ya," Tatjana turut merespons. "Bahkan dia memaksa pergi dari rumah sakit dan langsung pergi ke bandara."

Mendengar itu, sontak membuat Aiyla menatap Tatjana. "Benarkah?"

Bukan. Bukan raut bahagia yang Aiyla tunjukkan, melainkan khawatir. Di detik selanjutnya ia menatap Daffa dari samping. "Jika begitu, kenapa kau memaksakan diri? Padahal Gani bisa memesan taksi, bahkan mungkin saja karyawannya bisa men—"

"A-aku ... hanya ingin saja, Aiyla." Daffa mengambil jeda untuk beberapa saat. "Sama sepertimu, aku juga baik-baik saja."

Saat Aiyla hendak melontarkan satu kalimat lagi, buru-buru Daffa menyela dengan meminta sopir untuk pergi ke apartemen Adnan terlebih dahulu.

Perjalanan terasa begitu lama, pandangan Aiyla hanya terfokus pada kelap-kelip lampu jalanan yang menawan. Namun, seolah sinarnya lama-kelamaan mampu menyihir, Aiyla justru tiba-tiba merasakan kantuk yang luar biasa tak bisa ditahan.

Ia sedikit menempelkan punggung ke belakang. Matanya terpejam begitu saja.

Sementara itu, Tatjana lebih memilih untuk memainkan ponsel. Kendati seperti itu, ekor matanya tak berhenti mengawasi gerak-gerik perempuan di sampingnya.

UNWORTHY [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang